Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, pembangunan radar bantuan Amerika Serikat (AS) di Tarakan, Kaltim, dilakukan terlebih dulu untuk mengamankan wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II di Laut Sulawesi. Ditemui ANTARA usai mendampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso melepas Kontingen Garuda (Konga) XX-F ke Kongo, di Jakarta, Rabu, Tedjo Edhy mengemukakan saat ini pihaknya masih melakukan survei terhadap beberapa lokasi yang akan dijadikan lokasi delapan radar AS di Selat Makassar dan Laut Sulawesi. "Hasil survei itu, nanti akan dikonsultasikan atau dikoordinasikan dengan AS. Biasanya, mereka menerima saja hasil survei dan kajian yang kami buat. Beberapa lokasi yang tengah kami survei cukup strategis dan `visible`(layak, red) untuk dipasangi radar," kata Tedjo. Salah satu lokasi yang menjadi fokus pembangunan radar AS di Indonesia tengah, adalah Tarakan, karena langsung berbatasan dengan wilayah laut negara Bagian Sabah-Malaysia Timur di sebelah utara. Pemerintah RI telah menyetujui pembangunan delapan radar bantuan Amerika Serikat (AS), di Selat Makassar dan Laut Sulawesi, guna mendukung pengamanan di ALKI II. Pendirian delapan radar bantuan AS itu juga bertujuan mendukung pertahanan dan keamanan maritim se-ASEAN. Pemerintah AS berkomitmen untuk membantu peningkatan daya mampu (capacity building) Indonesia dalam mengamankan wilayah perairannya, yang salah satunya adalah dengan memberikan bantuan radar intai (surveillence radar). Di kawasan Asia Pasifik termasuk ASEAN dan Indonesia, jaminan keamanan "Sea Lines Of Communication" (SLOC) atau Garis-garis Perhubungan Laut (GPL), merupakan hal pokok bagi para pengguna laut di dua kawasan yang menjadi fokus perhatian dunia tersebut. Terkait hal itu, Indonesia dituntut dapat memberikan jaminan keamanan di Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Philip, perairan Natuna dan jalur-jalur laut yang dikenal ALKI. (*)
Copyright © ANTARA 2008