Jakarta, (ANTARA News) - Sejumlah LSM menuding Bank Dunia sebagai sumber dari segala krisis yang melanda dunia saat ini, seperti krisis finansial, pangan hingga iklim global. Kalangan LSM yang menyatakan sikapnya di Jakarta, Rabu itu diantaranya adalah Koalisi Anti Utang, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Serikat Petani Indonesia, Solidaritas Perempuan, Civil Society Forum on Climate Change. Menurut Devi R. Ayu, aktivis salah satu LSM itu, utang dari Bank Dunia untuk membiayai industri ekstraktif seperti batu bara, minyak dan gas merupakan faktor utama penyebab krisis iklim. "Setiap tahun utang miliaran dolar digunakan untuk membiayai proyek yang enghancurkan lingkungan dan iklim. Proyek di industri ekstraktif, pembangunan dam besar dan pengembangan agrofuel," katanya. Sementara utang tersebut dibayar lewat anggaran publik, perusahaan transnasional mengeruk keuntungan dari proyek tersebut. Bank dunia adalah pemberi utang terbesar untuk industri ekstraktif. Sejak 1992 lebih dari 133 paket utang total nilainya mencapai 28 miliar dolar AS. Selama tiga dekade institusi keuangan internasional itu menjadikan utang sebagai alat untuk mengintervensi kebijakan negara selatan, termasuk Indonesia, yang mendorong liberalisasi keuangan, ekstraksi kekayaan alam dan konsentrasi kekayaan pada segelintir orang. Melalui utang, dilakukan penghisapan ekonomi negara berkembang oleh negara maju dan perusahaan transnasional mereka hingga akhirnya bermuara pada terjadinya krisis iklim, finansial dan pangan pada saat ini. Skema utang baru Bank Dunia untuk perubahan iklim (climate investment fund) yang mencapai 5 miliar dolar AS tidak lebih dari upaya untuk memanfaatkan krisis iklim demi keuntungan Bank Dunia. Dalam rangkaian Pekan Aksi Global Melawan Utang dan Lembaga Keuangan International (Global Week of Action Against Debt and IFIs) pada 13-18 Oktober 2008 yang dilaksanakan serentak di seluruh dunia, kalangan LSM itu mendesak dilakukannya penghapusan utang yang tidak sah (illegitimate debt) Bank Dunia yang memicu terjadinya krisis iklim. LSM juga menolak skema utang baru Bank Dunia untuk perubahan iklim, menolak skema utang untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendesak pengakuan dan pembayaran utang ekologis (ecological debt) negara utara ke negara selatan.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008