Jakarta (ANTARA News) - Dolar AS diperdagangkan cenderung melemah terhadap hampir semua mata uang Selasa waktu AS (Rabu pagi WIB) karena investor bergerak keluar melepas dolar AS setelah pemerintah seluruh dunia mengambil kebijakan mensubsidi perbankan guna menyelamatkan sektor ini. Di New York, euro menguat ke level 1,3618 dolar dari posisi sehari sebelumnya 1,3576 per dolar AS, sedangkan terhadap mata uang Jepang, dolar AS menguat tipis menjadi 102,07 yen dari 102,01 yen. Pasar finansial sendiri tampak tenang setelah kondisi pasar kredit mencair setelah otoritas AS melakukan upaya penyelamatan finansial besar-besaran dengan menyuntikkan dana hingga 250 miliar dolar ke bank-bank bermasalah dan menawarkan skema baru penjaminan simpanan di perbankan. Peter Cohan, konsultan pada Peter Cohan Associates mengatakan, guncangan keras yang dialami investor telah mereda sehingga mendorong dolar AS melemah. "Tindakan finansial global mulai mencairkan pasar kredit yang beku. Perbaikan ini berarti dolar AS akan turun karena investor menarik dananya dari obligasi pemerintah AS untuk membeli saham," kata Peter. Ini berarti, demikian Peter, harga minyak juga bakal naik karena melemahnya dolar AS akan mendorong investor untuk membeli lebih banyak minyak. "Stabilisasi pasar-pasar finansial akan terus menekan dolar dan yen yang terkena imbas turbulensi pasar beberapa pekan lalu," kata analis Barclays Capital, David Woo. Dalam beberapa pekan terakhir, dolar AS berapresiasi karena investor menjadikan mata uang asing sebagai tempat berlindung yang aman di tengah jatuhnya pasar saham dan kekhawatiran terus merosotnya ekonomi. Sementara yen berapresiasi setelah pasar keuangan Jepang diguyur kembali oleh kredit sehingga membuat investor menarik diri dari apa yang disebut dengan "carry trade" atau perdagangan imbal beli valas. "Carry trade" terjadi tatkala investor meminjam di sebuah negara dengan suku bunga rendah seperti Jepang dan menginvestasikan kredit tersebut di negara-negara yang memberi imbal hasil tinggi dengan suku bunga tinggi. Pondsterling Inggris juga menguat terhadap mata uang AS didorong inflasi Inggris 12 bulan yang melonjak ke posisi tertinggi dalam 16 tahun terakhir sebanyak 5,2 persen akibat melambungnya harga BBM. Namun para analis memperkirakan inflasi akan turun kembali bulan-bulan mendatang karena mendinginnya lagi pertumbuhan ekonomi. Pasar uang juga tampak tersapu suramnya proyeksi ekonomi dari Jerman, di mana survai menyatakan perekonomian negara itu di ambang resesi dan menyatakan produksi industri di zona euro bakal menyusut. "Kekhawatiran akan terjadinya kejatuhan yang sistemik telah berkurang. Oleh karena itu, selera berdagang investor global bertambah secara bertahap," kata analis Commerzbank. Di AS beberapa analis menangkap sinyal akan turunnya lagi suku bunga Federal Reserve sekali pun ada upaya penyelamatan di sektor perbankan. Dalam perdagangan terakhir di AS, dolar AS berada pada 1,1370 franc Swiss turun dari 1.1379 franc pada Senin, sedangkan pound sterling tergerek di posisi 1,7394 dolar dari sebelumnya 1,7331 dolar. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008