Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Taufik Kiemas mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini belum berubah dan masih sama seperti pada masa kolonialisme dengan hanya mengandalkan ekspor berupa bahan mentah.
"Kalau saya lihat perekonomian Indonesia tidak berubah, masih sama seperti masa kolonial," kata Taufik kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Selasa.
Taufik mengatakan hal tersebut untuk menyikapi kondisi saat ini, ketika Indonesia juga terikut imbas dari krisis keuangan di Amerika Serikat.
Taufik yang didampingi anggota DPR dari Fraksi PDIP, Effendi MS Simbolon, mengatakan, ekspor komoditas Indonesia masih terbatas kepada barang-barang mentah seperti batubara dan lainnya. Posisi itu sampai saat ini masih bertahan. Bedanya jika pada masa lalu volume ekspornya rendah namun saat ini sudah berlipat sekian ratus persen bahkan mungkin ribuan persen.
Jika tidak ada perubahan dan Indonesia masih mempertahankan kondisi seperti itu dengan hanya mengandalkan ekspor bahan mentah, katanya, maka perekonomian akan mudah terkena gonjang ganjing.
Arah yang perlu dituju adalah bagaimana bahan mentah tersebut bisa ditingkatkan setidaknya menjadi bahan setengah jadi sehingga nilai tambahnya jatuh ke Indonesia.
"Dengan membuat nilai tambah itu, kita bangun kaum pengusaha nasional yang betul-betul mempunyai pabrik dan tidak hanya bertindak sebagai pedagang saja," katanya.
Mengenai hubungan antara pengusaha dan pemerintah, Taufik mengatakan, perlu ada UU yang melindungi para pengusaha nasional tersebut, sehingga ketika terjadi krisis pemerintah sudah mempunyai langkah jelas bagaimana mengatasinya.
"Jadi semua keputusan yang dibuat tidak hanya berlandas kepada kebijakan-kebijakan," katanya.
Krisis yang terjadi saat ini, katanya, juga tidak terlepas dari kurangnya langkah antisipatif. "Seharusnya sudah disiapkan sejak tahun 2005, sehingga kondisi tidak sesulit ini," katanya.
Meski demikian, lanjutnya, PDIP yang memposisikan sebagai oposisi juga tidak menghendaki terjadinya kondisi ekonomi yang sempat melemah akibat krisis keuangan di AS. "Siapa pun tidak ingin itu terjadi," katanya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar dalam membuat kebijakan untuk mengatasi dampak krisis tersebut, pemerintah tidak ragu membuat keputusan asalkan semua keputusan itu untuk berdampak terhadap kehidupan banyak orang. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008