"Bersyukur sekali. Keberuntungan dari film ini karena pemainnya yang berani keluar dari zona nyaman mereka," kata Gina di sela-sela "Year in Search", Google Indonesia, Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, Gina mengungkapkan bahwa awal sebelum film ini dibuat, banyak pemain film yang menolak tawarannya untuk bermain di film yang mengangkat isu mengenai seks pranikah itu.
Sementara aktor Angga Yunanda mengatakan dirinya sempat tertantang ketika terpilih dan memerankan karakter Bima dan beradu akting dengan Zara di "Dua Garis Biru".
"Jadi pas ditawarin casting udah agak menyangka bakalan jadi pembicaraan, mengingat film Indonesia juga jarang ada yang mau angkat isu sensitif. Ini bisa aja jadi bumerang buat aku dan pekerja seni yang terlibat di film ini," kata Angga.
Namun, seiring rilisnya teaser, trailer, hingga filmnya, membuat Angga semakin yakin bahwa banyak anak muda yang peduli dan belajar banyak hal melalui film yang memborong 12 nominasi Festival Film Indonesia 2019 itu.
Bicara mengenai kekuatan film, Gina berpendapat bahwa film tak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, melainkan juga untuk membuka ruang-ruang diskusi publik mengenai berbagai topik, bahkan yang sensitif sekalipun.
"Yang terpenting saat ini, film harus punya value untuk masyarakat dengan tanggung jawab dan skill. Jadi yang merayakan bukan hanya industri film namun juga penonton, dan akan lebih banyak ruang diskusi yang terbuka," kata Gina.
Selain "Dua Garis Biru", film lainnya yang melibatkan Gina sebagai penulis naskah yakni "Keluarga Cemara" juga masuk ke dalam jajaran 10 besar topik yang paling banyak ditelusuri di Google Indonesia selama 2019.
Baca juga: Gina S. Noer borong piala Penulis Skenario Terbaik FFI 2019
Baca juga: "Dua Garis Biru" ditayangkan di London
Baca juga: Setelah "Dua Garis Biru", Gina S Noer garap serial tentang poligami
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019