Jakarta, 14/10 (ANTARA) - Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, kembali terpilih sebagai Finance Minister of the Year tahun 2008 untuk kawasan Asia oleh harian Emerging Markets. Setiap tahun Emerging Markets, harian internasional keuangan, ekonomi, dan investasi, memilih Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral terbaik dari berbagai kawasan, yakni Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur dan Asia. Tahun 2007 lalu, Menteri Keuangan RI telah pula memperoleh penghargaan serupa dari harian ini. Menurut Emerging Markets, Menteri Keuangan RI terpilih kembali berdasarkan tiga alasan yakni: (1) pencapaiannya dalam mendorong kinerja ekonomi Indonesia hingga mencapai di atas 6% tahun ini meskipun terdapat tekanan inflasi; (2) keberhasilannya dalam melakukan reorganisasi di lingkungan kementerian keuangan dan meletakkan dasar bagi reformasi birokrasi yang terfokus dan terkendali; dan (3) sebagai figur utama dalam merealisasikan reputasi Indonesia sebagai outstanding borrower of the year untuk kawasan Asia. Mengendalikan inflasi tanpa mengganggu pertumbuhan ekonomi merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pembuat keputusan ekonomi, dan hal ini dialami pula oleh Indonesia. "Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang menyandarkan pada ekspor, kami memiliki suatu kebijakan strategis yakni mengoptimalkan perekonomian Indonesia dengan pemanfaatan sumber daya domestik," demikian menurut Menteri Sri Mulyani. Disamping itu, sinergi kebijakan antara Departemen Keuangan dan Bank Indonesia melalui upaya memperketat kebijakan moneter dengan tetap menjaga perputaran roda ekonomi berhasil dilakukan. Hal ini terkait dengan penunjukan Sri Mulyani sebagai Pelaksana Harian Menteri Koordinator Bidang (Menko) Perekonomian dan penempatan Boediono, yang sebelumnya menjabat Menko Perekonomian dan juga pernah menjadi Menkeu, sebagai Gubernur BI. "Gubernur Boediono, dan kami memiliki kesamaan pemahaman bahasa dan kepercayaan,"kata Menteri Sri Mulyani. Prestasi lain yang dicatat adalah keberhasilan Pemerintah Indonesia menaikkan harga minyak melalui DPR Bulan Mei lalu tanpa menimbulkan gejolak yang berarti. Emerging Markets menilainya sebagai pencapaian kompromi politis yang mengagumkan. "Ini bukan merupakan hasil dalam satu malam karena membutuhkan persetujuan (DPR) atas APBN," kata Menteri Sri Mulyani. "Kami menjajaki setiap skenario yang ada, bertanya kepada para politisi apa yang mereka harapkan. Tentu kami ingin mengurangi kemiskinan dan pengangguran dan membangun negara ini, namun pada saat yang bersamaan guncangan eksternal dan tekanan inflasi telah berdampak pada kenaikan defisit, apakah mereka ingin kami menguranginya atau mempertahankannya" Berbagai kebijakan dan pencapaian di atas menghasilkan sentimen positif bagi investor asing sehingga memungkinkan Indonesia untuk membiayai defisit anggaran melalui penerbitan obligasi global sebesar USD 2.2 milyar dengan jatuh tempo 10 hingga 30 tahun satu bulan setelah kenaikan harga minyak. Keberhasilan yang sama dicapai dalam penjualan obligasi senilai USD 2 milyar di Bulan Januari yang menurut pasar terutama berkaitan dengan berbagai upaya simultan yang dilakukan Menteri Sri Mulyani seperti kegiatan roadshow. Selanjutnya, Departemen Keuangan menjajaki penerbitan obligasi syariah internasional (global sukuk) yang akan diluncurkan dalam waktu dekat setelah meluncurkannya di pasar domestik, sebagai suatu alternatif pembiayaan yang menawarkan potensi yang besar bagi Indonesia. Selain Menteri Keuangan RI, penghargaan juga diberikan kepada Gubernur Bank Sentral China untuk kawasan Asia, sedangkan untuk kawasan lain award diberikan kepada Menkeu Chile dan Gubernur Bank Sentral Brazil untuk Amerika Latin, Menkeu Yordania dan Gubernur Bank Sentral Kuwait untuk Timur Tengah, Menkeu Afrika Selatan dan Gubernur Bank Sentral Bostwana untuk Afrika, serta Menkeu Ceko dan Gubernur Bank Sentral Slovakia untuk Eropa Timur. Acara Awards Reception diselenggarakan disela-sela Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia di Washington DC tanggal 10 Oktober 2008, dan dihadiri oleh 200 tokoh keuangan, perbankan, dan pelaku bisnis. Mengingat Menteri Sri Mulyani berhalangan untuk menghadiri rangkaian kegiatan Sidang Tahunan di Washington, penerimaan award diwakili oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Rahmat Waluyanto, yang memimpin delegasi Depkeu dalam Sidang Tahunan tersebut.
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008