Penshawar, Pakistan, (ANTARA News) - Lebih dari 40 gerilyawan dan dua tentara tewas dalam pertempuran terbaru di barat laut Pakistan, dekat perbatasan Afghanistan yang bergolak, kata pejabat pasukan paramiliter, Selasa. Pasukan keamanan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir terlibat pertempuran dengan gerilyawan di kawasan persukuan etnis Bajaur, juga di dekat Swat Valley, suatu lembah pegunungan yang sangat populer bagi turis, demikian diwartakan Reuters. Sebagai reaksi atas serangan pasukan Pakistan, para gerilyawan melancarkan serangan bom bunuh diri di Pakistan, umumnya di kawasan baratlaut. Kawasan Pashtun merupakan tempat aman bagi gerilyawan Al-Qaeda dan Taliban, dan AS telah melakukan serentetan serangan rudal, juga serangan darat terhadap sasaran-sasaran gerilyawan di Pakistan sejak awal September lalu. Dalam pertempuran terbaru di Swat Valley, sedikitnya 25 gerilyawan tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di kawasan Khawazakhela pada Senin, kata seorang pejabat keamanan. Dua tentara juga tewas dan tiga lagi cedera. Pasukan keamanan sedang bertempur melawan para pengikut setia pemimpin pro-Taliban, Mullah Fazlullah, yang memimpin kampanye kekerasan untuk memberlakukan hukum model Taliban di kawasan itu. Pasukan keamanan menyerbu satu benteng pertahanan Fazlullah pekan lalu, dan menewaskan beberapa kawannya, namun ia berhasil lolos tanpa cedera. Di Bajaur, sebelah barat Swat dan di perbatasan Afghanistan, pasukan keamanan yang didukung helikopter tempur menewaskan 15 dari 20 gerilyawan dalam serangan di Distrik Charmang pada Senin, kata pejabat pasukan paramiliter lainnya. Militer melancarkan serangan di Bajaur pada Agustus, dan pejabat itu memperkirakan lebih dari 1.000 gerilyawan telah tewas di kawasan itu, yang oleh militer dijuluki sebagai sebuah pusat gerilyawan yang berbahaya. Dalam serangan bom gerilyawan terbaru, seorang pembom bunuh diri menyerang suatu tempat pertemuan di kawasan Orakzai pada Jumat ketika para pemimpin suku bertemu untuk menambah pasukan guna melawan gerilyawan, menewaskan lebih dari 50 orang dan mencederai lebih 100 orang. Aksi kekerasan itu menambah kekhawatiran tentang situasi di negara pemilik senjata nuklir itu, di saat pemerintah koalisi sipil, yang mengambil alih kekuasaan tahun ini, sedang berjuang di tengan memburuknya ekonomi.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008