Singapura (ANTARA News) - Harga minyak kembali naik, Selasa, setelah para pemimpin dunia mengeluarkan sejumlah upaya untuk menyelesaikan krisis keuangan global, para dealer menyatakan. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November, naik 2,02 dolar AS menjadi 83,21 dolar AS, dengan lompatan tertinggi 3,49 dolar AS di New York Mercantile Exchange (NYMEX), tempat kontrak ditutup pada 81,19 dolar AS. Minyak mentah Brent Laut Utara untuk November meraih 1,51 dolar AS menjadi 78,97 dolar AS, setelah meningkat 3,37 dolar AS menjadi 77,46 dolar AS pada Senin di London. Harga merosot hingga di bawah 80 dolar per barel, posisi terendah dalam setahun terakhir, Jumat pekan lalu, ketika saham-saham global bertumbangan sehingga memunculkan kekhawatiran terjadinya resesi yang akan menggangu permintaan energi. "Ada bagian-bagian tertentu yang menunjukkan kepanikan masih berlangsung," kata David Johnson, analis minyak pada Macquarie Securities di Hongkong. Namun pedagang kemungkinan merasa harga jatuh terlalu jauh dalam jangka pendek, yang memunculkan kenaikan pada pekan ini, sementara pasar menaksir kembali kemana akan melangkah, imbuh Johnson, seperti dikutip AFP. Analis Sucden, Nimit Khamar mengatakan harga berubah menjadi lebih tinggi setelah para pemimpin dunia menggelontorkan banyak rencana selama akhir pekan lalu untuk membantu menstabilkan sistem perbankan mereka. Sejumlah upaya makin menguat pada pekan ini, dengan Inggris memompa 37 miliar pound (65 miliar dolar AS) ke tiga bank yang sedang bermasalah. Jerman dan Prancis juga mengeluarkan paket penyelamatan besar-besaran. Pada Selasa Australia mengumumkan paket stimulus senilai 10,4 miliar dolar Australia (7,25 miliar dolar AS) untuk menkonter pelambatan dan mendorong belanja konsumen, sementara Jepang mengambil langkah-langkah yang bertujuan menstabilkan pasar modal yang sedang sakit. Harga minyak telah turun dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS per barel, yang dicapai pada Juli, karena kekhawatiran atas permintaan dalam perekonomian global yang melambat, kata dealer. Johnson mengatakan pemulihan apa pun dalam harga minyak sebagian karena langkah kartel Organisasi Negara-negera Pengekspor Minyak (OPEC), yang akan melaksanakan pertemuan darurat di Wina pada 18 November guna membicarakan dampak krisis keuangan internasional. Begitu krisis perbankan dapat diatasi, pemulihan harga minyak juga akan tergantung pada apakah ada pelambatan dalam pertumbuhan pada tahun depan, dan apakah dampaknya bagi permintaan energi, kata Johnson. (*)

Copyright © ANTARA 2008