Surabaya, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan, penggunaan kekuatan militer masih menjadi solusi bagi beberapa konfik di belahan dunia lainnya. Dalam amanatnya pada peringatan puncak HUT ke-63 TNI di Dermaga Ujung, Surabaya, ia mengatakan, tantangan yang dihadapi TNI pada abad 21 tidak semakin ringan mengingat konstelasi lingkungan strategis baik nasional, regional maupun global terus berubah dengan cepat meski perang dingin berakhir. "Berakhirnya era perang dingin, tidak serta merta mewujudkan dunia menjadi lebih damai bahkan dibeberapa belahan dunia terus bergejolak. Kenyataannya politik kekuatan atau `power politic` masih menjadi bagian dari penyelesaian masalah," ujarnya. Kepala negara mengungkapkan, penggunaan politik kekuatan militer itu ditandai dengan adanya beberapa negara yang terus meningkatkan anggaran militernya untuk memperkuat persenjataannya bahkan melengkapinya dengan senjata pemusnah massal. "Meski banyak permasalahan dunia yang dapat diselesaikan dengan pendekatan politik diplomasi, namun pendekatan militer seringkali tetap dilakukan. "Kita masih saksikan hal itu pada kasus konflik antarnegara yang terjadi di berbagai belahan dunia," tutur Yudhoyono. Bahkan, lanjut dia, belakangan ini terdapat tanda-tanda mencemaskan akan munculnya ketegangan baru dalam hubungan antarabangsa seperti situasi perang dingin. yang lalu. Karenanya, masyarakat dunia harus bekerjasama untuk mencegahnya," ujar kepala negara menambahkan. Presiden mengakui, Indonesia sebagai negara dengan wilayah sangat luas dan posisi strategis memerlukan sistem pertahanan yang tangguh didukung tentara yang kuat dan profesional sehingga memancarkan daya tangkal yang tinggi, tentara yang ditakuti lawan, disegani kawan dan dicintai rakyat. Pada kesempatan itu, Presiden menginstruksikan kepada jajaran Departemen Pertahanan dan TNI untuk menciptakan sistem pertahanan negara yang memadai, yakni TNI diminta untuk terus mengikuti perkembangan dunia serta berbagai potensi yang memungkinkan terjadi konflik di abad 21. "Lakukan analisa dan kajian ancaman, identifkasikan berbagai skenario ancaman serta kembangkan strategsi kebijakan yang tepat untuk mengantisipasi ancaman itu," katanya. Kedua, muktahirkan dan kembangkan kebijakan dan strategi pertahanan, rencana kontijensi, doktrin, karena corak penyelengaraan peperangan terus berubah dari waktu ke waktu. "Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi menjadikan perang masa depan makin kompleks. Oleh karena itu TNI harus siap menghadapi perang baik yang bersifat konvensional, asimetris, inkonvensional dan bentuk peperangan lainnya," katanya. Presiden juga meminta agar TNI memelihara dan memantapkan kesiagaan militer melalui berbagai latihan di tingkat angkatan, antar angkatan secara berkala. "TNI harus dapat, sangggup dan mampu dikerahkan dan ditugaskan secara cepat kapan pun dan kemana pun," ujar Yudhoyono.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008