Jakarta (ANTARA News) - Para menteri luar negeri Uni Eropa, Senin, menangguhkan larangan perjalanan terhadap Presiden Belarus Alexander Lukashenko dan beberapa koleganya dalam tindakan yang dirancang untuk mendorong demokrasi segera sesudah pemilihan yang diperselisihkan. Para menteri mencabut larangan itu "dalam rangka mendorong dialog dengan pemerintah Belarus dan disahkannya langkah positif untuk memperkuat demokrasi dan menghormati hak asasi manusia", demikian satu pernyataan di Luksemburg. Empatpuluh satu tokoh Belarus, termasuk presiden garis keras itu, ditolak masuk ke Uni Eropa dan aset mereka dibekukan setelah pemilihan presiden 2006 yang dinilai tidak sesuai dengan norma internasional. Sekarang hanya empat tokoh yang dianggap bertanggungjawab atas kehilangan demokrasi di negara itu pada 1999-2000, termasuk ketua komisi pemilihan Belarus Lydia Yermoshina, masih dalam daftar larangan perjalanan. Lukashenko -- berkuasa sejak 1994 dan dijuluki "diktator terakhir di Eropa" -- adalah salah satu dari mereka yang baru disahkan untuk melakukan perjalanan ke dan sekitar Uni Eropa, kata seorang jurubicara dewan kepresidenan EU. Bagaimana pun, sementara sebagian besar larangan visa ditangguhkan selama enam bulan, pembekuan aset tetap diberlakukan terhadap 41 tokoh Belarus itu. Penangguhan larangan perjalanan itu akan diuji kembali dalam enam bulan untuk melihat apakah ada gerakan ke arah demokrasi di bekas republik Soviet itu. "Uni Eropa menegaskan lagi bahwa kami siap untuk memperdalam hubungan dengan Belarus dan untuk meninjau kembali langkah pembatasannya," kata para menteri dalam pernyataan bersama mereka. Eropa berjanji membantu Belarus menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia jika diminta. Sebelumnya, setelah berbicara dengan Menlu Belarus Serge Martynov, di sela pertemuan tingkat menteri tersebut, Komisaris Hubungan Eskternal UE Benita Ferrero-Waldner mengatakan perkembangan demokratis yang ada harus didorong. Belarus "dihadapkan pada pilihan bersejarah. Negara itu akan mengambil langkah penting ke arah demokrasi dan kebebasan, atau mundur sendiri ke stagnasi". (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008