New York, (ANTARA News) - Harga minyak "rally" (naik panjang) pada Senin waktu setempat, terangkat oleh ledakan optimisme setelah para pemimpin dunia membentuk sebuah kesatuan untuk menangani krisis finansial global.
Sebagaimana dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman November, terangkat 3,49 dolar AS menjadi ditutup pada 81,19 dolar AS per barrel, pulih kembali dari posisi terendah satu tahun yang terjadi Jumat.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 3,37 dolar AS menjadi 77,46 dolar AS per barrel.
"Harga minyak menguat setelah para pemimpin dunia beramai-ramai meluncurkan paket penyelamatan finansial untuk membantu menstabilkan sistem perbankan mereka," kata analis Sucden, Nimit Khamar.
"Pengumuman akhir pekan membantu mengangkat sentimen dan menenangkan kekhawatiran dari sebuah resesi global, yang mendorong harga minyak naik setelah turun tajam pekan lalu."
Pasar-pasar Eropa menyambut sebuah rencana aksi untuk memerangi krisis yang disepakti oleh 15 negara zona euro pada Minggu, termasuk penjaminan pinjaman antar bank dan opsi rekapitalisasi bank-bank.
Eforia bergema di Wall Street. Awal Senin, departemen keuangan mengumumkan bahwa pemerintah akan membeli saham-saham di perusahaan finansial yang kesulitan, di bawah paket penyelamatan perbankan 700 miliar dolar AS yang disetujui 10 hari lalu.
Pada Jumat, di tengah rekor kekacauan pasar-pasar saham global, kontrak minyak New York telah jatuh hampir sembilan dolar AS ke level terendah sejak Oktober 2007, pada 77,70 dolar AS, jauh di bawah rekor tertingginya di atas 147 dolar AS pada Juli.
"Itu tampak menunjukkan tidak adanya kepercayaan sama sekali pada Jumat yang menggantikannya dengan sebuah jumlah kecil dari kepercayaan," kata John Kilduff, seorang analis MF Global.
Sementara Iran, produsen minyak terbesar keempat dunia, memperkirakan akhir pekan, bahwa OPEC akan menurunkan produksi minyaknya dalam sebuah pertemua darurat bulan depan dalam menghadapi pelambatan permintaan untuk mendorong harga naik.
Ke-12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pekan lalu mengumumkan akan menyelenggarakan sebuah pertemuan di Wina pada 18 November untuk membicarakan dampak krisis keuangan internasional.
"Saya pikir di atas kartu, itu pasti, bahwa OPEC dapat memangkas target produksinya pada November, namun kami masih `wait and see`," kata David Moore, seorang analis komoditi Commonwealth Bank of Australia yang berbasis di Sydney.
Ditambahkannya, kartel tak mungkin ingin "memperburuk situasi sulit ekonomi."
Sebuah penurunan produksi akan mendorong harga minyak melambung kembali. Harga minyak mentah telah menembus 100 dolar AS per barrel untuk pertama kalinya pada awal 2008.
"Untuk minyak itu jelas, dalam beberapa hari mendatang akan tergambar sesuai pasar yang akan datang, untuk memegang perubahan lingkungan ekonomi ini," kata Phil Flynn dari Alaron Trading.
"Minyak menantang realitas ekonomi pada 147 dolar AS per barrel, sekarang sedang dalam proses mendapatkan sebuah harga yang seluruh duni dapat hidup dengan itu."
Pemerintah-pemerintah Eropa mengatasi krisis finansial pada beberapa sektor Senin, membeli bank dan memberikan pinjaman baru dalam sebuah kampanye bahwa bantuan tersebut akan mengurangi guncangan di pasar saham.
Setelah terus turun dalam beberapa pekan lalu, bursa efek terangkat naik paket penyelamatan oleh Eropa, dan berita bahwa AS akan membeli saham-saham di bank sebagai bagian dari paket bailout 700 miliar AS.
Paket Jerman sendiri 400 miliar euro (545 miliar dolar AS) untuk penjaminan pinjaman dan 80 miliar dolar AS untuk modal baru, sementara Perancis akan menjamin hingga 320 miliar euro pinjaman antar bank.
Sementara Inggris menyuntikkan 37 miliar pound (47 miliar dolar euro, 64 miliar dolar AS) ke dalam tiga bank bermasalah di negeri itu.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008