Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah sebaiknya fokus menggerakan sektor riil dari pada mengeluarkan dana Rp4 triliun untuk melakukan "buy back" saham BUMN, kata Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli di Jakarta, Senin.
"Bagusnya uang dipakai untuk sektor riil saja dapat bergerak, tingkatkan kapasitas industri, dukung Industri Kecil Menengah itu baru pro rakyat," katanya.
Dia mengatakan upaya "buy back" yang dilakukan pemerintah bukan lah hal yang bagus. Karena saat ini yang bermain di bursa saham 60 persen merupakan pemain asing, hanya 40 persen saja pemain lokal.
Menurut dia, saat ini ada 200.000 pemain lokal yang bermain di bursa saham, 50 persen tidak mempunyai uang hanya dipinjam namanya. Hanya sekitar 30.000 pemain saham lokal yang mempunyai uang, karena itu upaya "buy back" hanya menguntungkan pemain bursa asing.
"Saat untung mereka (pemain saham) diam, tapi saat buruk mereka menuntut campur tangan pemerintah. Saat untung jadi hak privat, saat rugi urusan pemerintah," ujar dia.
Lebih lanjut, Mantan Menko Perekonomian ini menjelaskan bahwa paradigma pemerintah yang menggunakan sistem neo liberal membuat spekulan-spekulan semakin banyak masuk sehingga aliran "uang panas" semakin besar.
Dia mengatakan Amerika Serikat memang awalnya menggunakan sistem kapitalisme produktif sehingga masih ada hasil nyatanya, tetapi kelemahannya sistem ini tidak dapat mengatasi ketidakadilan.
Namun, dia menambahkan, dalam 20 tahun terakhir sistem yang digunakan Amerika Serikat berubah menjadi kapitalisme spekulatif.
"Terbukti ada sektor keuangan yang hanya dagang kertas tapi tidak ada riil barang dan jasanya," ujar dia.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008