Kami selalu berupaya memperjuangkan agar kebutuhan dasar masyarakat khususnya terkait dengan listrik benar-benar bisa dirasakan dengan baik
Jakarta (ANTARA) - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai tidak tercapainya sesuai jadwal awal bauran energi baru terbarukan (EBT) oleh PLN karena target yang ditentukan terlalu tinggi.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Agung Firman Sampurna dalam diskusi mengenai ketenagalistrikan di Komplek DPR, Jakarta, Selasa menjelaskan banyak fasilitas temuan EBT yang sudah rusak sebelum proses pengerjaan proyek selesai.
Kedua, sarana dan pra sarana PLN dinilai belum memadai yang dimiliki PLN untuk mengejar percepatan proyek EBT. Kemudian, banyak pembebasan lahan yang belum kunjung selesai ketika jadwal proyek sudah seharusnya dimulai.
Baca juga: Pemerintah diminta gencarkan informasi energi baru terbarukan
Masalah penghambat target penyelesaian juga bisa muncul sebab PLN masih besar tergantung energi primer pada batu bara. Dalam kesempatan yang sama, Anggota komisi VII DPR RI Fraksi PKS Saadiah Ulluputy meminta agar Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak menaikkan tarif dasar listrik bagi pelanggan, khususnya masyarakat.
Ia juga mengatakan pihaknya sangat fokus memperjuangkan agar energi, khususnya kelistrikan di Indonesia bisa terkelola dengan baik.
"Kami selalu berupaya memperjuangkan agar kebutuhan dasar masyarakat khususnya terkait dengan listrik benar-benar bisa dirasakan dengan baik, disertai pengelolaan yang maksimal," ungkap Saadiah dalam Focus Group Discussion yang digelar oleh Fraksi PKS di Komplek Parlemen DPR/MPR RI.
Saadiah mengatakan kondisi rasio elektrifikasi kelistrikan saat ini mengalami kenaikan secara signifikan, namun tidak diimbangi dengan ketahanan listrik.
"Rasio elektrifikasi kelistrikan di Indonesia saat ini mengalami capaian yang meningkat. Namun yang menjadi catatan rasio elektrifikasi di daerah 3 T yang hanya menyala 6 jam saja dalam sehari", ungkapnya.
Dari beberapa negara yang ada, lanjut Saadiah, tarif listrik di Indonesia tergolong mahal dibandingkan dengan sejumlah negara yang ada di dunia.
"Yang menjadi catatan saat ini, beberapa negara memiliki harga tarif listrik yang lebih murah apabila disandingkan dengan Indonesia," tambahnya.
Baca juga: DEN minta pemerintah bentuk badan usaha EBT untuk kejar target
Baca juga: METI: Investasi pembangkit EBT perlu pembenahan untuk tarik investor
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019