Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan untuk tidak lengah meski potensi radikalisme dari hasil survei nasional yang dilakukan di 32 provinsi menunjukkan penurunan.

"Potensi radikalisme tahun 2019 secara nasional mencapai 38,43 pada skala 0-100," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di Jakarta, Selasa.

Baca juga: BNPT ajak generasi millenial tangkal radikalisme di dunia maya

Dibandingkan pada 2017 yang mencapai angka 55,12, kata dia, potensi radikalisme secara nasional mengalami penurunan sebesar 16,69 poin.

Hal tersebut dikemukakan Suhardi saat menyampaikan hasil Survei Nasional BNPT 2019 tentang "Internalisasi Kearifan Lokal dan Potensi Radikalisme di 32 Provinsi".

Baca juga: BNPT reedukasi napi terorisme dengan wawasan kebangsaan

"Kesimpulannya, terjadi pergeseran dari kategori 'potensi sedang' ke 'potensi rendah'," kata mantan Kepala Divisi Humas Mabes Polri itu.

Meski demikian, ia menjelaskan bahwa penurunan itu terjadi secara kuantitas, sementara secara kualitas dimungkinkan justru mengalami peningkatan.

Baca juga: Kepala BNPT-Menko Polhukam bahas upaya mereduksi radikalisme

"Jadi, biasa demikian. Daerah rawan kita patroli banyak-banyak, angka kuantitas akan menurun. Kalaupun ada, kualitasnya meningkat, nekat istilahnya. Ini hukum alam, kalaupun muncul berarti dengan segala risikonya," kata Suhardi.

Oleh karena itu, Suhardi menegaskan upaya penanggulangan terorisme tidak boleh berkurang, apalagi mandek.

Baca juga: Rentan disusupi kelompok radikal, BNPT: jangan lengah urus SDM

"Bukan berarti rendah, terus (lengah). Tidak boleh 'underestimate'. Harus kita tetap laksanakan penanggulangan secara maksimum," katanya.

Survei tersebut dilaksanakan BNPT berkolaborasi dengan peneliti Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Balitbang Kemenag, dan berbagai "stakeholder" terkait.

Pengambilan sampel dalam riset itu menggunakan teknik "multistage cluster random sampling"' dengan rumah tangga sebagai unit terkecil, dan pengumpulan data melalui wawancara tatap muka kepada 15.360 responden di 32 provinsi pada April-Juli 2019.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019