Medali perunggu adalah pencapaian maksimal
Manila (ANTARA) - Tim bola basket Indonesia gagal melaju ke babak final setelah ditundukkan tuan rumah Filipina di semifinal SEA Games 2019 di Arena SM Mall of Asia, Manila, Filipina, Senin malam, dengan skor 97-70.
Tim besutan Rajko Toroman itu bermain tertekan sejak awal pertandingan, bahkan hanya mengandalkan lemparan tiga angka untuk mengejar ketertinggalan angka dari tuan rumah.
Pada kuarter pertama Avan Seputra dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan Filipina dengan angka 24-20, dan berlanjut di kuarter kedua tertinggal lagi dengan angka 15-8, meski sempat memberi perlawanan sengit.
Usai kuater kedua, Indonesia hanya tertinggal 28-39 dari anak asuh Timoty Earl Cone. Namun laga berubah drastis di dua kuarter terakhir karena Indonesia mulai kesulitan mencetak angka, sedangkan Filipina nyaman dalam menyerang.
Baca juga: Kalahkan Malaysia, Indonesia jaga asa ke semifinal bola basket putra
Gagalnya melaju final ini membuat Indonesia gagal meraih target emas cabang olahraga basket SEA Games 2019, dan akan bertemu Vietnam untuk memperebutkan perunggu di tempat yang sama.
"Saya mengapresiasi perjuangan anak-anak, sebab sempat berhasil menjalankan skema permainan, tapi Filipina punya keunggulan di berbagai sektor yang bikin kekalahan tak bisa dihindarkan," kata Toroman dalam keterangan pers seusai laga di Manila.
Ia mengaku, harus realistis sebab Filipina adalah tim kuat dan mendapatkan banyak keuntungan kandang, dan mereka juga diisi banyak pemain keturunan Flipina-Amerika," kata Toroman usai pertandingan.
Meski demikian, pelatih asal Serbia ini optimistis Indonesia mampu menaklukkan Vietnam dalam perebutan perunggu yang akan berlangsung pada Selasa (10/12).
"Vietnam adalah tim kuat. Saya pikir kami berada di jalur yang benar. Intinya, kami harus bermain habis-habisan besok, dan medali perunggu adalah pencapaian maksimal," katanya.
Baca juga: "Full-court press" Thailand buat basket putra Indonesia kewalahan
Baca juga: Tim Basket putra Indonesia taklukkan Kamboja 100-71
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019