Padang (ANTARA News) - Bank Indonesia diharapkan tidak melakukan intervensi untuk mempertahankan nilai rupiah terhadap dollar AS kata Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa."Intervensi sangat mengurangi cadangan devisa," kata Erwin kepada pers usai Temu Akbar II Silaturahmi Saudagar Minang 2008 di Padang, Sabtu.Menurut dia, salah satu faktor turunnya nilai rupiah karena dana pihak asing yang telah menjual sahamnya sebelum "closing" (penutupan) langsung ditarik ke luar negeri karena melihat ada ketidakkonsistenan dari pemerintah yang akan membuka bursa tapi tidak jadi.Diperparah lagi para importir yang memburu dolar karena banyak kewajiban yang jatuh tempo.Tapi, urainya, kejatuhan rupiah tidak akan berlanjut karena yang terjadi adalah koreksi tajam terhadap rupiah yang selama ini overvalue, apa lagi kondisi ekonomi riil cukup kuat.Pemerintah, urainya, lebih baik memberi penjelasan yang sifatnya menenangkan pasar dan memperbaiki serta mendorong sistem perbankan agar jangan stagnan.Menurut dia, menaikkan suku bunga bank dan menghentikan kredit seperti yang dilakukan Bank Indonesia akan merusak sektor riil dan bisa menyebabkan kredit macet di masa depan."Alasannya menaikkan suku bunga supaya mengurangi inflasi tapi kita lihat rupiah ambruk," katanya.Menurut dia, tanpa menaikkan suku bunga inflasi sebenarnya tetap akan turun karena harga minyak juga akan turun, seperti juga harga-harga kebutuhan lebaran yang turun karena permintaan turun.Ia juga mengemukakan, kondisi ekonomi global sekarang mengharuskan pasar domestik menjadi tumpuan khususnya bagi industri manufaktur dalam negeri karena peluang ekspor ke AS dan Eropa menurun."Sektor pertambangan dan perkebunan memang sedikit menurun ekspornya tapi itu dalam harga saja, dari volumenya tetap bertahan," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008