Parepare  (ANTARA News) - Keluarga penumpang KM Teratai Prima yang masih belum temukan, hingga Senin malam masih bertahan di Posko Pelabuhan Parepare dengan harapan masih bisa bertemu anggota keluarganya dalam kondisi selamat.

"Kami akan terus menunggu, mudah-mudahan keluarga kami masih bisa ditemukan dalam kondisi selamat seperti penumpang KM Teratai yang sudah ditemukan," jelas salah seorang keluarga penumpang KM Teratai, Sumaena dari Desa Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulsel.

Menurut perempuan setengah baya dan berprofesi sebagai guru sekolah ini, sebanyak lima orang keluarganya berangkat menuju Samarinda dengan KM Teratai, karena akan menghadiri pesta perkawinan di salah satu daerah di Kalimantan Timur (Kaltim).

Sementara keluarga penumpang KM Teratai lainnya yang juga terus menanti anggota keluarga, rela bermalam di Posko dengan tidur seadanya. Ratusan keluarga penumpang yang bertahan di Posko Pelabuhan Parepare umumnya berasal dari Kabupaten Pinrang, Barru, Tana Toraja (Tator), Sulsel dan Majene, Sulbar.

"Dari informasi di Posko, kami tahu masih ada sekitar 21 orang penumpang yang terdampar di Pulau Ambo, Kabupaten Majene dalam kondisi selamat. Mudah-mudahan itu adalah keluarga kami," jelas keluarga penumpang KM Teratai, Rumaedah dengan mata berkaca-kaca.

Dikatakan, sebelum keberangkatan Ibunya, Nurmiah ke Samarinda untuk berkunjung ke rumah kakaknya, ia sama sekali tidak melihat tanda-tanda jika kapal yang akan ditumpangi ibunya itu akan tenggelam.

"Penumpangnya tidak terlalu banyak, tapi barang dinaikkan yang jumlahnya banyak. Ketika melepas ibu di Pelabuhan Parepare, ibu memeluk saya dan menangis, padahal ini bukan pertama kalinya pergi ke Samarinda," katanya mengungkapkan firasatnya saat mengantar ibunya di Pelabuhan Parepare, Sabtu (10/1) sore.

Mengenai kapasitas penumpang KM Teratai, Administrator Pelabuhan Parepare, Sulsel, Wahidah mengatakan, sesuai dengan kapasitasnya 747 gross ton, kapal itu dapat memuat 300 orang lebih penumpang. Sementara jumlah penumpang yang terdata hanya 250 orang ditambah 16 orang Anak Buah Kapal (ABK) dan seorang nakhoda.

"Jadi kemungkinan memang kelebihan barang, sehingga kapal yang angkutannya berat memang sangat labil pada saat cuaca buruk," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009