Beijing, (ANTARA News) - Krisis keuangan global tampaknya akan meningkatkan peningkatan gangguan kesehatan mental bahkan bunuh diri, ungkap peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ratusan juta orang di seluruh dunia sudah terkena pengaruh gangguan mental seperti depresi dan gangguan dua-kutub.Kemerosotan pasar saat ini dapat menambah parah rasa kecewa di kalangan orang yang rentan terhadap penyakit semacam itu. Badan PBB tersebut menyatakan dampaknya dapat terlihat jelas pada diri orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah tempat akses ke perawatan seringkali terbatas. "Kita tak perlu terkejut atau memandang rendah guncangan itu dan konsekuensi yang mungkin muncul akibat krisis keuangan saat ini. Sebagaimana kita saksikan jurang pemisah menganga lebar dalam perawatan orang yang sangat membutuhkan," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan pada pertemuan para ahli kesehatan mental. Kemiskinan dan tekanan yang berkaitan dengannya termasuk kekerasan, pengucilan sosial dan "ketidak-amanan terus-menerus" berkaitan dengan kemunculan gangguan mental, katanya. "Tak perlu terkejut bahwa kita terus menyaksikan gangguan, bunuh diri dan tekanan lebih jauh," kata Chan. Chan mencela "betapa besar kurangnya perawatan" bagi sebagian pasien kesehatan mental, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, tempat tinggal dua dari empat penderita. Pemerintah harus menjadikan kesehatan mental sebagai bagian penting dari perawatan kesehatan primer, katanya. Benedetto Saraceno, Direktur Departemen Penyelewengan Bahan Kimia dan Kesehatan Mental WHO, mengatakan gangguan kesehatan mental mempengaruhi satu dari empat orang pada satu titik kehidupan mereka. Gangguan syaraf dan mental seringkali bersifat kronis dan melumpuhkan, katanya. Hampir satu juta orang melakukan bunuh diri di seluruh dunia setiap tahun, banyak di antara mereka pemuda dewasa. Ketika ditanya mengenai krisis keuangan, Saraceno mengatakan, "Kemiskinan dapat menjadi akibat dari kejadian semamcam itu, utang, kekecewaan dan kehilangan kendali yang mungkin mencapai klas bawah dan menengah. Bahkan orang miskin dapat terpengaruh oleh krisis ini." "Ada bukti jelas bahwa bunuh diri berhubungan dengan bencana keuangan. Saya bukan berbicara mengenai jutawan yang melompat dari jendela tapi tentang orang miskin," katanya. Krisis global dapat diperkirakan mempengaruhi "kestabilan masyarakat dan keluarga", kata Saraceno. WHO meluncurkan satu program pekan kedua Oktober, acara tahunan Hari Kesehatan Mental Dunia, yang ditujukan untuk meningkatkan dana dan layanan bagi penderita penyakit mental selama enam tahun ke depan. Lebih dari 75 persen orang yang menderita gangguan mental di dunia berkembang tak mendapat perawatan atau pengobatan, dan banyak orang ternoda dan terabaikan dan jadi korban pelecehan, kata badan dunia itu. Secara global, WHO menyatakan kebanyakan negara mengeluarkan kurang dari 2 persen dari anggaran kesehatan nasional mereka untuk kesehatan mental. "Saya yakin bahwa sekalipun di negara berpenghasilan menengah yang terkena krisis ekonomi, itu berarti kekurangan uang dan akses ke perawatan," kata Saraceno. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008