New York (ANTARA News) - Sebuah sesi perdagangan di Wall Street yang berubah-berubah secara brutal, berakhir dengan penurunan terbatas pada Jumat waktu setempat, setelah pasar global rontok dan berayun liar terhadap indeks AS.Indeks Dow Jones Industrial Average yang pada awalnya turun hingga 700 poin, mendadak menyembur ke dalam wilayah positif sebelum ditutup turun 128,00 poin (1,49 persen) pada 8.451,19.Indeks komposit teknologi Nasdaq mencatat kenaikan tipis 4,39 poin (0,27 persen) menjadi 1.649,51 dan indeks Standard & Poor`s 500 merosot 10,70 poin (1,18 persen) menjadi 899,22.Pasar terlihat membalikkan perjalanannya setelah beberapa pasar global jatuh hingga mencapai 10 persen. Pasar mengakhiri sepekan ganas penjualan dengan mengirimkan indeks Dow dan S&P jatuh 18 persen."Pesimisme merajalela," kata Gregory Drahuschak dari Janney Montgomery Scott. "Desakan jual telah menjadi bagian signifikan dari kejatuhan pasar dalam beberapa hari terakhir." "Pasar saham memainkan sebuah drama yang dapat mengangkat kepala William Shakespeare menggeleng-gelengkan kepalanya," kata Fred Dickson, kepala analis DA Davidson & Co. "Kami menyaksikan satu dari penurunan terbesar dan tercepat dalam 60 tahun terakhir. Kami juga melihat sebuah oversold yang tak dapat dipercaya di pasar yang terus muncul." "Perkiraan terbaik kami itu tidak akan terjadi hingga langkah pemerintah AS mengumumkan akan menjamin pinjaman antar bank dan s2,2 triliun dolar AS permintaan simpanan dalam bank-bank AS." Tindakan di New York itu dilakukan setelah Nikkei Jepang jatuh 9,6 persen dan bursa-bursa utama Eropa merosot di tengah menguatnya kekhawatiran tentang terampasnya sistem finansial global. Indeks FTSE 100 dari saham-saham terkemuka di London, turun 8,85 persen menjadi berakhir pada 3.932,06, penurunan satu hari paling tajam sejak "crash" pasar modal 1987. Di Paris, indeks CAC 40 turun 7,73 persen menjadi berakhir pada 3.176,49 sementara indeks Dax di Frankfurt Dax menyusut 7,01 persen menjadi berakhir pada 4.544,31. "Jika anda dapat mengukur semua level kepercayaan para investor mungkin akan berada pada posisi terendah, itu akan menakutkan dan pada gilirannya akan keluar dari pasar," kata Kevin Giddis dari Morgan Keegan. "Ini bagian menakutkan dari cerita film, dimana pembacok bersembunyi di seluruh pojokan dan menunggu untuk menerkan." Barry Ritholtz dari Ritholtz Research & Analytics mengatakan pasar telah gagal merespon paket penyelamatan AS 700 miliar dolar AS dan langkah lainnya untuk meningkatkan likuiditas. "Mengapa pasar bereaksi begitu negatif terhadap bailout hampir satu triliun dolar AS? Jawabannya pendek Federal Reserve dan Departemen Keuangan telah fokus pada isu-isu yang salah," kata dia. "Mereka telah terancam penurunan harga-harga aset -- rumah, saham, obligasi -- seperti halnya tidak ada kepercayaan antara bank-bank sebagai isu aktual. Ini pendekatan yang salah. Penurunan harga-harga aset dan tidak adanya kepercayaan adalah sebuah hasil dari masalah yang mendasari. Anda jangan mengobati alkoholis dengan membuang perasaan melayang-layang pada waktu bangun pagi. Anda tidak dapat memecahkan isu-isu kepercayaan melulu dengan penurunan suku bunga." Di antara saham-saham utama, Morgan Stanley tertekan berat, turun 22 persen menjadi 9,68 dolar setelah Moody`s memperingatkan kemungkinan penurunan peringkat kredit raksasa Wall Street itu, meski mendapat investasi besar dariMitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) Jepang. Sementara Citigroup rally 9,13 persen menjadi 14,11 dolar. Sementara yang mengalami penurunan besar lainnya, di antaranya ExxonMobil jatuh 8,3 persen menjadi 63,36 dolar setelah harga minyak mentah turun ke posisi terendah 74 dolar AS per barrel. Obligasi gagal memperoleh kenaikan dari penurun saham. Imbal hasil (yield) obligasi negara AS bertenor 10-tahun naik menjadi 3,861 persen dari 3,834 persen Kamis, sementara obligasi bertenor 30-tahun naik tipis menjadi 4,137 persen terhadap 4,120 persen. Harga dan yield obligasi bergerak dalam arah berlawanan, demikian AFP.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008
Sistem Kapitalisme sudah berada di tepi jurang kehancuran. Masihkah kita berharap pada sistem yg justru menjadikan rakyat semakin miskin?
Namanya kapitalisme sudah pasti akan berujung pada krisis apalagi 60-70% aset dikuasai asing......gmana bisa mandiri.
Hanya ekonomi kerakyatan yang mampu menjawabnya.