Jakarta (ANTARA News) - Kontrol devisa untuk menjaga stabilitas rupiah pada saat krisis keuangan global saat ini perlu dilakukan oleh otoritas moneter kata pengamat ekonomi Aviliani di Jakarta, Jumat."Pemerintah dan Bank Indonesia diimbau melakukan kontrol devisa untuk menjaga stabilitas rupiah," katanya dalam jumpa pers yang digelar oleh Depkominfo mengenai Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Ekonomi Indonesia di kantor Depkominfo.Aviliani mengatakan kontrol devisa tersebut bisa dilakukan dengan cara memantau mekanisme ekspor impor yang dilakukan oleh pengusaha dan perusahaan ekspor-impor termasuk yang dilakukan oleh BUMN-BUMN.Dia mengatakan transaksi yang dilakukan oleh pengusaha dan perusahaan ekspor-impor mewakili sekitar 60 persen keseluruhan transaksi devisa."Soalnya setiap impor dilakukan pasti rupiah turun," katanya. Aviliani mengatakan dalam kondisi darurat setiap negara bisa melakukan kontrol devisa. Dia setuju terhadap kebijakan pemerintah yang Suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), sampai adanya permintaan transaksi yang cukup. Dia juga setuju kebijakan pemerintah yang menginstruksikan agar BUMN-BUMN membeli kembali (buy back) sahamnya. "Bila BUMN itu tidak punya dana, bisa menggunakan dana pensiunnya," katanya. Pemerintah juga perlu melindungi investor domestik dengan memberikan pengampunan pajak dengan tujuan investor domestik tersebut mau mengucurkan dananya membantu likuiditas. "Investor domestik diperkuat, pengusaha yang banyak uang dan mendapat permasalahan pajak agar diberi pengampunan pajak.Harus ada keberanian untuk memutus masa lalu. KPK dan Kejaksaan menutup kasus (investor domestik) dengan memberikan pengampunan pajak," katanya. Dia juga mengingatkan pemerintah terhadap negara-negara pendonor atau lembaga moneter internasional yang telah menyiapkan dana hutang bagi Indonesia. "Yang harus diwaspadai adalah masuknya negara-negara donor yang siap mencaplok negara kita, seperti IMF," katanya. Karena sebenarnya performa emiten-emiten domestik bagus. "Pada kondisi sekarang untuk menenangkan pasar, sebaiknya emiten-emiten di pasar modal menyampaikan bagaimana kinerjanya. Menurut saya beberapa emiten itu kinerjanya masih bagus," kata Aviliani. Menurutnya banyak orang menjual saham bukan karena emitennya jelek, tetapi menjual karena ikut-ikutan orang asing menjual. Selain itu, Bank Indonesia perlu menurunkan tingkat SBI pada November nanti karena, kenaikan tingkat suku bunga acuan ini dapat mematikan sektor riil. "BI rate harus segera diturunkan, karena harga komoditas dan harga minyak global sudah turun," tambahnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008