Cilacap, (ANTARA News) - Sekitar 5.000 hektare dari 16.000 hektare hutan di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, rusak parah akibat adanya pembalakan liar dan kepentingan industri semen. "Pembalakan liar di Nusakambangan sangat sulit diatasi karena wilayah tersebut dikuasai beberapa lembaga," kata Koordinator Polisi Hutan pada Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Cilacap, Dedy Supriyanto, di Cilacap, Jumat. Penguasaan Pulau Nusakambangan dilakukan oleh beberapa lembaga antara lain BKSDA Provinsi Jawa Tengah, Departemen Hukum dan HAM (Depkumham), dan PT Semen Holcim Tbk. Mengenai pembukaan hutan Nusakambangan untuk kepentingan industri semen, Dedy Supriyanto mengatakan, merupakan suatu yang dilematis bagi Cilacap karena dapat memberikan pemasukan bagi daerah, tetapi di sisi lain mengancam keselamatan Nusakambangan. Ia mengatakan, perusahaan tersebut menambang batu kapur sebagai bahan semen (klinker) yang berada di hutan Nusakambangan dengan cara peledakan. Menurut dia, lebih dari 100 hektare hutan yang telah dibuka dan diledakkan dan belum ada 15 persennya yang telah dihijaukan kembali. "Namun kami tidak bisa berbuat banyak karena Holcim telah memiliki izin hingga 30 tahun ke depan," katanya. Sementara mengenai pembalakan liar yang terjadi di Nusakambangan, lanjutnya, telah menyebabkan sejumlah pohon langka yang merupakan khas Nusakambangan menghilang. "Kayu `plalar` yang merupakan tanaman khas Nusakambangan dan kayu hutan tropis lainnya telah banyak yang menghilang akibat pembalakan liar tersebut," katanya. Bahkan, kata dia, hutan Nusakambangan yang dijadikan cagar alam seluas 928 hektare, 50 persennya juga mengalami kerusakan. Di kawasan cagar alam Nusakambangan Timur, lanjutnya, pohon yang berdiameter sekitar 1 meter di atas lahan sel seluas 277 hektare telah menghilang. Menurut dia, hutan Nusakambangan akan menjadi gundul dalam satu dasawarsa ke depan jika tidak segera ditangani. "Kami sudah tidak tahu lagi bagaimana mengatasinya, karena semua ini seperti lingkaran setan dan sudah lama terjadi. Sementara upaya konservasi tidak seimbang dengan kerusakan," katanya. Secara terpisah, Corporate Communication PT Semen Holcim pabrik Cilacap, Deny Nuryadain mengatakan, pihaknya telah memberikan kontribusi kepada Pemerintah Kabupaten Cilacap sekitar Rp15 miliar per tahun. Dia menolak adanya anggapan jika Holcim sebagai salah satu perusak lingkungan Nusakambangan karena perusahaan tersebut telah memiliki andil cukup besar bagi pembangunan Cilacap.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008