Harga minyak mentah berjangka Brent turun 33 sen atau 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 64,06 dolar AS per barel
Tokyo (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin pagi, setelah data menunjukkan bahwa keseluruhan ekspor barang dan jasa China menyusut selama empat bulan berturut-turut, mengirimkan sentimen negatif ke pasar yang sudah prihatin dengan kerusakan akibat permintaan global lemah akibat perang perdagangan China-Amerika Serikat.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 33 sen atau 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 64,06 dolar AS per barel pada pukul 00.55 GMT (07.55 WIB), setelah naik sekitar tiga persen pekan lalu, didorong oleh berita bahwa OPEC dan sekutu akan memperdalam pemotongan produksi.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 37 sen atau 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 58,85 dolar AS per barel, setelah naik sekitar tujuh persen minggu lalu karena prospek produksi yang lebih rendah dari 'OPEC+', Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu termasuk Rusia.
Penurunan yang tiba-tiba pada Senin terjadi setelah data bea cukai yang dirilis pada Minggu (8/12/2019) menunjukkan ekspor dari ekonomi terbesar kedua di dunia pada November turun 1,1 persen dari setahun sebelumnya -- pembalikan tajam dari ekspektasi untuk kenaikan satu persen dalam jajak pendapat para analis oleh Reuters.
Awal yang lemah untuk minggu ini datang meskipun data menunjukkan impor minyak mentah China melonjak, mengungkapkan betapa gelisah mendalam tertanam di pasar atas perdagangan AS-China yang telah menghambat pertumbuhan global dan permintaan minyak.
Data ekspor yang merosot adalah "korban dari perang perdagangan yang berkepanjangan," kata Stephen Innes kepala strategi pasar Asia di AxiTrader.
Washington dan Beijing telah berusaha untuk menyepakati kesepakatan perdagangan yang akan mengakhiri tarif sementara, tetapi pembicaraan telah berlangsung selama berbulan-bulan karena mereka bertengkar tentang perincian penting.
Penurunan harga Senin mengakhiri laju kuat di sesi sebelumnya yang dipicu oleh harapan untuk kesepakatan pembatasan produksi OPEC+.
Pada Jumat (6/12/2019), para produsen sepakat untuk memperdalam pengurangan produksi mereka dari 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi 1,7 juta bph, mewakili sekitar 1,7 persen dari produksi global.
Namun, produksi AS telah melonjak sejak pemotongan OPEC+ pertama kali diperkenalkan pada 2017 dalam upaya untuk mengeringkan kelebihan pasokan yang telah lama membebani harga. Produksi AS telah meningkat bahkan ketika jumlah rig pengeboran turun, mencerminkan ekstraksi sumur yang lebih efisien.
Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam laporan pengeboran mingguan yang diawasi ketat pada Jumat (6/12/2019) bahwa jumlah pengeboran AS turun dalam seminggu hingga 6 Desember -- penurunan mingguan ketujuh.
Perusahaan-perusahaan pengeboran megurangi lima rig minyak, meninggalkan total 661 rig, terendah sejak April 2017.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019