Semarang, (ANTARA News) - Penduduk di daerah rawan bencana alam di Kota Semarang, Jawa Tengah, saat musim hujan mengkhawatir bencana tanah longsor yang sewaktu-waktu mengancam jiwa dan harta benda mereka. "Jika turun hujan seperti sekarang ini, saya selalu takut karena kawasan yang saya huni merupakan daerah rawan tanah longsor," kata Maryanto (45), warga Gunung Pati Semarang, di Semarang, Jumat. Kota Semarang merupakan satu dari 27 kabupaten/kota di Jateng yang dinilai rawan longsor karena mempunyai banyak daerah perbukitan yang sewaktu-waktu bisa terjadi longsor pada musim hujan. Ia meminta instansi terkait melakukan langkah antisipasi penanganan tanah longsor di daerah-daerah rawan longsor seperti kawasan-kawasan perbukitan yang ada di Kota Semarang, menyusul masih turunnya hujan di kota ini. "Kejadian tanah longsor memang tak bisa diprediksi, namun jika dibantu instansi terkait kalangan masyarakat bisa meminimalkan dan mengurangi korban jiwa maupun korban luka jika longsor terjadi," katanya. Ia mengakui bencana tanah longsor memang tidak bisa diprediksi kapan terjadi, namun semua pihak bisa meminimalisasi kejadian longsor dan mengurangi adanya korban, jika bencana itu terjadi. Jateng merupakan provinsi rawan bencana angin ribut, banjir, dan tanah longsor karena setiap musim hujan selalu muncul kejadian bencana itu sehingga kalangan masyarakat diminta mewaspadainya. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Jateng tercatat sebanyak 27 kabupaten/kota (91 kecamatan) di Jateng memiliki titik rawan longsor. Titik rawan tanah longsor itu kini telah dibuat peta kerentanan pergerakan tanah di setiap kabupaten/kota. Peta ditindaklanjuti kabupaten/kota dengan melakukan sosialisasi hingga ke kelurahan agar disampaikan kepada masyarakat. Sebanyak 27 kabupaten/kota rawan longsor, di antaranya Kota Semarang, Banjarnegara, Banyumas, Boyolali, Karanganyar, dan daerah lain yang mempunyai perbukitan. Semua daerah rawan longsor dimasukkan dalam zona merah. Longsor sangat mungkin terjadi pada awal musim hujan atau saat hujan tengah deras.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008