Jakarta (ANTARA News) - 140 anggota Polri dikirim ke Sudan untuk menjaga perdamaian di Darfur, Sudan, yang kini dilanda konflik dan telah menyebabkan 200 ribu warga sipil tewas dan 2,5 juta lainnya menjadi pengungsi.
Satgas Polri yang bernama Kontingan Garuda Bhayangkara itu secara resmi dilepas oleh Wakapolri Komjen Pol Makbul Padmanagara di lapangan Markas Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis.
Mereka akan diberangkatkan ke Darfur dengan pesawat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan akan bertugas selama satu tahun atau hingga Oktober 2009.
Satgas ini akan bergabung bersama 19.557 pasukan perdamaian PBB dimana 3.772 diantaranya merupakan anggota polisi.
Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dalam sambutan tertulis yang dibacakan Makbul mengatakan, pengiriman polisi itu merupakan kehormatan bagi bangsa Indonesia dan Polri yang diberikan oleh masyarakat internasional.
"Pengiriman polisi sebagai penjaga perdamaian ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh Polri. Ini berarti Polri diakui oleh dunia internasional," katanya.
Menurut dia, Satgas Polri harus mempu menunjukkan performa yang membanggakan dalam mengemban misi perdamaian sebab selama ini pasukan perdamaian dari Indonesia telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari negara lain.
"Tugas ini memang berat dan tidak mudah namun mulia karena daerah konflik ini telah menelan korban 200 ribu jiwa sedangkan 2,5 juta lainnya mengungsi," katanya.
Kapolri meminta agar anggota Polri membawa peran sebagai juru damai selain memberikan pelayanan umum dan penegakan hukum.
"Sikap anggota Polri harus profesional dan sesuai dengan aturan yang berlaku di PBB," ujarnya.
Deputi Operasi Kapolri, Irjen Pol Rubani Pranoto mengatakan, polisi yang dikirim telah melalui serangkaian pelatihan kemampuan termasuk bahasa Inggris.
"Semua anggota mampu berbahasa Inggris bahkan lima orang mampu berbahasa Arab selain bahasa Inggris," katanya.
Kehadiran polisi dari Indonesia sangat dinantikan oleh Sudan sebab ada ikatan sejarah dan agama antara Indonesia dengan Sudan.
"Kesamanan agama Islam antara Sudan dan Indonesia menjadi nilai tambah bagi kita sebab tidak banyak pasukan perdamaian yang beragama Islam," kata Rubani.
Selain itu, nama Presiden pertama Indonesia Soekarno banyak dikenal di Sudan sehingga mempermudah tugas Polri di sana.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008