Jakarta, (ANTARA News) - Meskipun pasar saham dunia termasuk Indonesia dalam kondisi yang mengkhAwatirkan, namun hal itu tidak berdampak siginifikan pada industri reksadana karena tidak ada penarikan (redemption) dana secara besar-besaran seperti yang pernah terjadi pada 2005. "Tidak selalu terjadi `redemption` ketika bursa saham turun. Buktinya di reksadana masih ada dana kelolaan sekitar Rp30 triliun," kata Ketua Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia, Abiprayadi Riyanto di Jakarta, Kamis. Menurutnya, yang ada di reksadana itu kebanyakan investor domestik dan mereka tidak ikut keluar seperti yang dilakukan investor asing. "Investor domestik itu terdiri dari dana pensiun, asuransi jiwa dan lain-lain," katanya. Namun, dia tidak membantah jika telah terjadi peralihan investor reksadana ke pasar obligasi. "Untuk reksadana Fixed Income ada shifting (pindah). Karena ada kenaikan suku bunga," tuturnya. Dia menambahkan investor reksadana sudah memiliki pengetahuan yang memadai dan edukasi yang cukup karena investor telah belajar dari pengalaman dimana terjadi "redemption" pada 2005. "Kondisi saat ini tidak sama dengan 2005," tuturnya. Sementara itu, Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK, Djoko Hendratto mengatakan hal yang sama. "Kalau kita lihat hingga kini unit penyertaan bertambah terus. Investor kita cukup dewasa," katanya. Namun begitu, dia juga mengatakan, pihaknya akan terus memonitor tren ke depannya, menyusul masih bergejolaknya pasar finansial global. "Tugas kita memberikan informasi, kita sudah sampaikan kepada seluruh pelaku pasar," tuturnya. Dari data Bapepam sampai 8 Oktober 2008, nampak terjadi "net redemption" reksadana saham sebesar Rp114,878 miliar. Sedangkan reksadana fixed income (obligasi) sebesar Rp225,409 miliar. Ini menunjukan terjadi perpindahan investasi dari reksadana obligasi ke deposito karena BI telah menaikan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 9,5 persen. Sementara di reksadana saham tidak terjadi penarikan dana besar-besaran meski indeks saham turun signifikan.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008