Jakarta (ANTARA News) - Saham-saham di pasar modal Asia bergerak naik kembali, sedangkan kurs yen agak tertekan setelah bank sentral seluruh dunia dari China sampai Eropa dan AS memangkas suku bunga guna memacu lagi perekonomian global kendati para investor tetap ngeri membayangkan hampir bekunya pasar kredit global.Dalam sebuah orkestra ekonomi global yang tak pernah terjadi sebelumnya, Federal Reserve, Bank Sentral Eropa (ECB) bersama sejumlah bank sentral dunia termasuk bank sentral China, serempak memangkas suku bunga acuan beberapa jam setelah bursa saham Asia dan indeks Nikkei di Bursa Tokyo amblas ke level terendah sejak Krisis 1987.Meski begitu, para analis menilai otoritas keuangan sejagat masih harus berbuat lebih banyak lagi untuk mengakhiri krisis keuangan terburuk sejak Depresi Besar 1930-an ini, khususnya dengan menyelenggarakan pertemuan tujuh negara terkaya dunia G-7 yang akan diadakan esok Jumat.Sementara itu, aksi serentak seluruh dunia nan historis telah membuat harga-harga di pasar keuangan Asia cenderung membaik."Pemotongan suku bunga yang dilakukan beberapa bank sentral dunia adalah langkah penyelamatan yang penting. Kami yakin kini saatnya para investor jangka panjang yang penyabar itu untuk memulai memutuskan berinvestasi pada perusahaan-perusahaan berkinerja top yang ikut tersiksa (oleh krisis keuangan global)," kata Donald Straszheim, wakil pimpinan Roth Capital Partners, Los Angeles, dalam satu catatan ke sejumlah klien bisnisnya.Indeks Nikkei di Bursa Tokyo melesak 1,9 persen setelah terbanting 9 persen pada perdagangan Rabu atau level penutupan terendah sejak Juni 2003.Indeks MSCI untuk seluruh bursa saham Asia Pasifik kecuali Jepang terkatrol lagi 2,1 persen setelah terhempas 9 persen di perdagangan kemarin yang juga merupakan penurunan harian terbesar dalam 20 tahun terakhir.Indeks Hang Seng, Hongkong, mental lagi (rebound) 2,8 persen ke posisi lebih baik dibanding Rabu yang sejak awal pekan terus tertekan hingga mencapai level terendah dalam dua tahun terakhir. Valuasi (nilai saham) pada bursa Hongkong ini adalah yang terendah sejak krisis moneter Asia pada sekitar satu dekade lalu.Namun, indeks S&P/ASX 200 yang menjadi "benchmark" bursa saham Australia amblas 1,2 persen dipicu oleh jatuhnya harga saham sektor pertambangan dan perbankan, kendati Reserve Bank of Australia (bank sentral Australia) mengguyuri pasar dengan insentif turunnya suku bunga, bulat satu persen. Begitu pula dengan Indeks S&P 500 yang jatuh begitu investor memutuskan adalah lebih aman baginya melepas saham kendati bank sentral seluruh dunia bersatu untuk menghentikan apa yang disebut dengan malapetaka ekonomi dunia. Pasar derivatif saham di AS juga akhirnya tergerek lagi positif satu persen.Sebaliknya, yen Jepang sempat tertekan akibat membumbungnya bunga "overnight" sehingga para pialang ke luar lagi dari yen untuk mencari tambatan pasar yang lebih aman. Kendati begitu, banyak analis berpandangan, yen akan tetap berada di posisi kuat sepanjang krisis keuangan global terus berlangsung karena neraca transaksi berjalan Jepang yang terus surplus, disamping stabilnya sektor keuangan negara ini. "Memang ada langkah coba-coba untuk mengambil risiko setelah bank sentral global menurunkan suku bunga namun tentu saja itu hanya berbuah bagian kecil saja dari rangkaian jual yang kita lihat dalam beberapa hari terakhir ini," kata Dwyfor Evans, ahli strategi investasi pada State Street Global Markets, Hong Kong. Dolar AS terhadap yen terangkat 1,6 persen ke posisi 100,70 yen per dolar AS atau "rebound" dari posisi Rabu pada 98,60 yen yang adalah level terendah dalam enam bulan terakhir.Euro juga terkoreksi naik 2 persen di posisi 138 yen, setelah sempat terhempas ke posisi terendah dalam tiga tahun di level 134,15 yen.Meski suku bunga telah diturunkan Federal Reserve sampai setengah persen basis poin, pasar derivatif yakin 90 persen suku bunga AS bakal turun sampai seperempat poin pada 29 Oktober 2008 saat dewan gubernur memutuskan lagi soal tingkat suku bunga ini.Sejauh ini, aksi global untuk menenangkan pasar tidak diambil tanpa memperhitungkan risikonya.Para ekonomi menilai, pasar kredit jangka pendek yang tidak fungsional dapat membenamkan tujuan yang diharapkan para bank sentral dunia ini.Oleh karena itu, tanpa aliran kredit, perekonomian global tampaknya akan terus terjerumus."Risiko resesi global telah meningkat secara serius begitu aksi penurunan suku bunga serempak secara global tidak bisa menstabilkan pasar keuangan. Itu akan menjadi efek berlawanan terhadap perekonomian Asia yang didominasi sektor manufakturnya," kata Masamichi Adachi, ekonom senior pada JPMorgan Securities di Tokyo.Harga logam dasar tetap menghadapi tekanan di mana harga seng Shanghai turun di bawah batas empat persen menyusul kekhawatiran bakal turunnya permintaan pada logam ini.Setelah lebih dari setahun ketidaktepatan alokasi modal melanda pasar uang, yang kemudian merentet ke mana-mana di bulan lalu, para investor menjadi yakin bahwa solusi apa pun untuk menyehatkan sistem keuangan akan membutuhkan waktu.Sebelum bank-bank sentral menurunkan suku bunga, tingkat suku bunga antar bank London (LIBOR) cenderung naik hingga menciptakan "spread" terluas pada suku bunga bertenor tiga bulan sejak krisis kredit global mulai pecah.Bahkan setelah bank sentral global beraksi pun, indeks VIX atau Chicago Board Options Exchange Volatility, bertengger di rekor tertinggi 59,06 atau melesak sekitar 36 poiun sepanjang bulan lalu.Obligasi pemerintah Jepang jatuh untuk mengantisipasi suplai kredit baru dan terhantuinya investor oleh aksi lepas obligasi AS. Obligasi JGB bertenor 10 tahun turun 0,9 poin menjadi 138,66.Surat Utang Pemerintah AS teriris setelah turun tajamnya bunga "overnight" menyusul lesunya lelang untuk obligasi bertenor lebih dari 10 tahun. Di New York, "yield" untuk obligasi bertenor 10 tahun yang geraknya berlawanan dengan harga rilnya, terangkat 3,70 persen dari posisi terakhir Rabu 3,66 persen.Seperti halnya pasar obligasi di negara-negara maju, selisih antar "yield" obligasi bertenor 10 tahun dan 2 tahun, kerap disebut kurva "yield", telah naik drastis bulan lalu sebagai dampak dari upaya antisipasi pelaku pasar terhadap turunnya suku bunga The Fed.Setelah bunga The Fed turun, kurva ini turun tajam hingga di 208 basis poin, atau terendah sejak Juni 2004. (*)
Pewarta: Kevin Plumberg/Reuters
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008