Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi senior yang juga mantan Menko Perekonomian, Dr Rizal Ramli, mengeritik instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyikapi perkembangan ekonomi yang kesemuanya dinilainya tidak ada satu pun bersifat "kebijakan" pasti.
"Betul-betul menyedihkan. Semuanya (instruksi itu) bersifat anjuran dan imbauan semata. Seperti: ayo kita kerja lebih bagus, lebih kompak `yok`, jangan `mikir` diri sendiri `dong`, ayo pertahankan angka pertumbuhan, tingkatkan sinergi dan kemitraan ya, kepentingan masyarakat nomor satu. Lho, apa ini," tandasnya kepada ANTARA, di Jakarta, Kamis.
Ia lalu mengingatkan penilaian dan pernyataannya pada 7 Januari 2008 lalu yang disebarkan ke berbagai media dalam maupun luar negeri.
"Ketika itu kan Econit dalam `Economic Outlook` menyebut tahun 2008 sebagai `Tahun Balon` (`Year of The Bubbles`), bahwa akan terjadi koreksi dan gelembung finansial akan pecah," ungkapnya.
Tetapi, menurut Rizal Ramli, prediksi itu rupanya ditanggapi kurang baik oleh otoritas finansial republik ini.
"Pada waktu itu Menko Ekuin Boediono dan Menkeu Sri Mulyani malah sibuk membantah bahwa pernyataan itu tidak benar dan tidak berbuat apa untuk memperkuat ekonomi nasional," katanya.
Dengan penutupan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Rabu (8/10) kemarin, "terbukti ramalan Econit tersebut tepat".
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BEI untuk pertama kalinya dalam sejarah melakukan penghentian perdagangan saham, karena penurunan indeks yang besar, yakni mencapai 10,30 persen.
Suspensi perdagangan pada sekitar pukul 11.06 WIB, Rabu (8/10) kemarin, karena IHSG turun 168,052 poin jadi 1.451,669.
Selain masalah di pasar bursa, ekonomi Indonesia juga mengalami pengaruh akibat kurs rupiah yang terus melorot, dan pada perdagangan di valuta hari Rabu (8/10) sempat menyentuh angka Rp9.700 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ini merupakan dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia akibat krisis industri keuangan AS yang berimbas kepada krisis ekonomi global.
Padahal Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya optimistis, dengan menyatakan perekonomian Indonesia relatif aman dari gangguan.
Mengemis Hutang
Terhadap hal ini, Rizal Ramli menilai, memang tidak ada kreativitas dan terobosan yang bisa dilakukan pemerintahan sekarang, selain mengemis hutang lagi.
Ia lalu mengungkapkan pula, minggu depan direncanakan Boediono dan Sri Mulyani akan ke Washington. "Mereka bermaksud bertemu Dana Moneter Internasional (IMF), akan kembali `ngemis` hutang," ujarnya.
Apa yang dilakukan oleh pemerintahan sekarang melalui tim ekonominya itu, menurutnya, merupakan tindakan tidak kreatif.
"Yah, tidak ada kreativitas dan terobosan, kecuali mengemis pada IMF dan Bank Dunia," tandas Rizal Ramli lagi. (*)
Copyright © ANTARA 2008