Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis pagi, merosot menembus angka Rp9.600 per dolar AS karena pelaku pasar masih memburu dolar AS, khawatir dengan krisis keuangan yang masih menekan pasar. "Pelaku pasar masih memburu dolar AS, mereka khawatir krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa akan menimbulkan dampak negatif lebih besar lagi," kata Direktur Finan Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.625/9.630 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.593/9.605 atau melemah 32 poin. Menurut Edwin Sinaga, pelaku pasar belum melihat ada peluang untuk melepas dolar AS yang telah mengalami kenaikan cukup tinggi, mereka tetap membeli dolar AS ketimbang melepasnya untuk meraih keuntungan. Berlanjutnya aksi beli dolar AS itu dikhawatirkan akan membuat posisi rupiah akan mencapai angka Rp10.000 per dolar AS, apalagi pemerintah tidak melakukan kebijakan yang lebih kongkrit dalam mengatasi masalah krisis keuangan dunia, katanya. Pelaku pasar, lanjut dia, masih menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan pemerintah lebih lanjut, setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 9,5 persen. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan resep atau obat yang baru maka sepanjang itu pula masyarakat akan terus membeli dolar AS yang akan menekan rupiah terpuruk hingga di level Rp10.000 per dolar AS, katanya. Rupiah yang terpuruk hingga mencapai Rp10.000 dolar AS, menurut dia akan menimbulkan kekhawatiran karena itu menunjukkan ekonomi Indonesia berjalan tidak sebagaimana yang diharapkan. Terkait krisis finansial global, sebanyak 14 BUMN besar telah diminta ikut memperhatikan kondisi makro ekonomi, dengan mengalihkan rekening dolar AS yang di miliki ke sistem perbankan nasional. "Kita minta mereka ikut memperhatikan kondisi ekonomi di dalam negeri. Dolar AS yang dimiliki oleh BUMN bisa menambah cadangan devisa," kata Menneg BUMN, Sofyan Djalil, di Kantor Menneg BUMN, Jakarta, Rabu. BUMN-BUMN tersebut juga diminta berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan dolar AS. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008