pesona alam Ranah Minang yang masih asri dengan nilai budaya yang kenal juga menjadi daya tarik kuat di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Batusangkar, Sumbar (ANTARA) - Bank Indonesia menilai Sumatera Barat memiliki modal kuat untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru di provinsi itu.
"Ini dibuktikan dari berbagai penghargaan yang diraih di tingkat internasional seperti World Best Halal Culinary Destination dan Best Halal Destination," kata Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar Wahyu Purnama di Batusangkar, Sabtu, pada diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi dan Kajian Pariwisata Sumatera Barat.
Menurut dia pesona alam Ranah Minang yang masih asri dengan nilai budaya yang kenal juga menjadi daya tarik kuat di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain itu didukung oleh kuliner lezat yang juga terkenal seperti rendang, kata dia.
Baca juga: Wisata halal, masa depan Pariwisata Sumatera Barat
Tidak hanya itu di Mentawai ombaknya dikenal sebagai terbaik untuk berselancar di kalangan wisatawan asing.
Kemudian untuk infrastruktur secara umum kondisi jalan 82 persen masuk kategori baik dan saat ini sedang dilakukan pembenahan infrastruktur penunjang lainnya, kata dia.
Ia menyampaikan saat ini sedang dibangun kembali Pasar Atas Bukittinggi, pedesterian di Padang hingga perluasan ruang tunggu di Bandara Minangkabau.
Akan tetapi ia menyarankan agar modal tersebut perlu dioptimalkan melalui sinergi dan kerja sama yang kuat.
"Pertama harus ada peta jalan pengembangan pariwisata Sumbar," kata dia.
Baca juga: BI : pariwisata Sumbar belum tergarap optimal
Kemudian terkait dengan tingginya kunjungan wisatawan asal Malaysia perlu dicari tahu apa kebutuhan mereka dan disediakan sebaik mungkin, katanya.
Kemudian karena ada label wisata halal objek wisata perlu memperhatikan kebersihan, menyediakan tempat shalat yang nyaman.
Pada sisi lain ia memaparkan berdasarkan hasil riset yang dilakukan BI bekerja sama dengan Universitas Andalas Padang ditemukan kendala yang menghambat sektor pariwisata antara lain kepemilikan lahan, belum ada aktraksi yang berbasis aktivitas dan masalah higienitas produk kuliner.
"Kemudian kendala koordinasi antara pemangku kepentingan terkait serta ketersediaan SDM pariwisata yang andal," kata dia
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019