Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Dr Sukardi Rinakit menilai Ketua Dewan Penasihat Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Soksi) Prof Suhardiman telah membuat langkah yang tepat dengan mencalonkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk menjadi Presiden pada Pemilu 2009."Sikap pimpinan Soksi sangat tepat. Soksi sebagai salah satu pendiri Partai Golkar akan menyadarkan seluruh kader Golkar bahwa Golkar sebagai partai besar pantas mencalonkan kader terbaiknya sebagai presiden," kata Sukardi saat dihubungi di Jakarta, Rabu malam mengenai pertemuan Suhardiman dan Sultan.Sultan pada Rabu malam dikabarkan bertandang ke kediaman Suhardiman di Jalan Kramat Batu Nomor 1, Cipete, Jakarta Selatan untuk menghadiri pertemuan dengan pimpinan Soksi.Dalam pertemuan tersebut Soksi mendeklarasikan Sultan sebagai calon presiden karena dinilai memiliki kompetensi. Sukardi yang juga Direktur Eksekutif Sugeng Sarjadi Syndicate mengatakan deklarasi Soksi yang mendukung Sultan itu diperkirakan bakal bergulir di internal Partai Golkar. "Ini akan memunculkan semangat membangkitkan kesadaran Partai Golkar untuk mencalonkan kadernya sebagai calon presiden bukan calon wakil presiden," kata Sukardi yang malam itu baru mendarat dari Singapura untuk keperluan berobat atas gangguan ginjalnya. Sukardi mengatakan Partai Golkar sangat pantas mengajukan kader terbaiknya menjadi calon presiden. "Jangan mau kalau hanya disandingkan sebagai calon wakil presiden," katanya. Ia mengatakan, meskipun nama Sultan yang merupakan salah seorang kader terbaik Partai Golkar akhir-akhir ini disebut-sebut atau dicalonkan sebagai presiden tetapi belum tentu menjadi calon resmi dari partai itu karena dinamika politik di Partai Golkar masih terus berlangsung. "Nama Sultan muncul karena ada krisis identitas dari pimpinan Partai Golkar. Selain itu ada ketidakpercayaan terhadap pimpinan Partai Golkar," katanya. Sukardi menyatakan, nama Sultan merupakan salah satu tokoh yang sangat pantas untuk tampil sebagai calon presiden dalam Pemilu 2009.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008