Jakarta, (ANTARA News) - Penutupan sementara Bursa Efek Indonesia (BEI) masih berlangsung sampai Kamis, 9 Oktober 2008.Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil usai rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis dini hari, mengatakan penutupan BEI masih berlangsung sampai pihak otoritas mendapatkan pemahaman bagus tentang penyebab anjoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Besok (Kamis-Red), sampai sekarang ini kelihatannya masih kita tutup," ujar Sofyan. Menurut Meneg BUMN yang menjabat Menteri Keuangan ad interim itu, anjloknya IHSG pada Rabu 8 Oktober 2008 diperkirakan terjadi karena transaksi yang tidak wajar. "BEI memperkirakan 'irregularities' karena jumlah saham yang diperdagangkan tidak banyak, tetapi harga sahamnya turun terlalu dalam," tutur Sofyan. Menurut dia, penutupan BEI akan memberi kesempatan untuk melakukan investigasi terhadap "irregularities" tersebut. Selain itu, penutupan pasar bursa akan dilakukan sambil menunggu kondisi lingkungan global. "Sampai kapan, melihat kondisi hari ini, besok, setelah itu akan ditentukan kemudian," ujarnya. Sofyan mengatakan, BEI sudah melakukan langkah yang benar dengan menutup transaksi di lantai bursa karena terjadi penurunan sampai lebih dari sepuluh persen. Dengan perkiraan telah terjadi transaksi yang tidak wajar, menurut Sofyan, langkah BEI itu juga diperlukan agar tidak memperkeruh suasana. "Penutupan BEI itu sudah sesuai `standard operating procedure` di mana bila penurunan sampai sepuluh persen BEI bisa lakukan suspensi sementara," tuturnya. Beberapa negara seperti Rusia, kata Sofyan, telah menutup sementara perdagangan sahamnya karena dampak krisis ekonomi global. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rabu malam menggelar rapat kabinet khusus yang berlangsung hingga tengah malam guna membahas dampak penutupan BEI. Pada rapat itu dibahas dampak penutupan BEI terhadap saham-saham milik BUMN di pasar modal. Meneg BUMN mengatakan, Presiden menginginkan agar BUMN mengambil kebijakan sejalan dengan pemerintah dalam mengantisipasi dampak krisis ekonomi global sehingga tindakan-tindakan BUMN tidak memperburuk kondisi.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008