Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Miranda S. Goeltom, mengatakan bahwa saat ini kebijakan pengetatan likuiditas masih diperlukan untuk menekan inflasi di masa mendatang dan mendukung target inflasi 6,5 persen hingga 7,5 persen pada 2009.
"Ada gejala penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan permintaan sehingga menyebabkan inflasi dunia pada 2009 akan lebih rendah, target inflasi Indonesia antara 6,5 persen hingga 7,5 persen. Untuk 6,5 persen pengetatan masih diperlukan pada saat ini untuk mengurangi tekanan inflasi pada beberapa kuarter ke depan," katanya dalam konferensi pers, Rabu.
Ia mengemukakan, kebijakan pengetatan dengan menaikan suku bunga acuan BI rate yang saat ini dilakukan Bank Indonesia dapat memberikan sinyal bahwa BI tetap konsisten dalam menjaga perekonomian dan meredam inflasi kepada para pelaku pasar.
"Kami yakin bahwa kebijakan yang kami ambil mampu memberikan sinyal dan arahan bagi pelaku pasar bahwa ekonomi `is well guarded` (dijaga dengan baik)," katanya.
Menurut dia, kebijakan pengetatan likuiditas yang dilakukan BI tersebut tidak akan memukul perbankan yang saat ini membutuhkan likuiditas. Ia menambahkan, dari data-data yang dimiliki BI, perbankan masih memiliki daya tahan yang cukup kuat, terlihat dari rendahnya NPL Agustus 3,95 persen (gross) serta rasio kecukupan modal (CAR) 16,2 persen.
Terkait dengan rupiah, pihaknya terus menjaga dan mengawal rupiah agar gejolaknya tidak berlebihan. "Kita akan selalu di pasar untuk menjaga volatilitas agar tidak berlebihan," katanya.
Ia mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini merupakan gejala global dimana hampir semua mata uang melemah dibandingkan dengan dolar AS. Menurut dia, saat ini pelemahan rupiah masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Indonesia masih melemah 2 persen, sedangkan negara lain telah mencapai antara 4 hingga 7 persen," katanya.
Sementara itu, Miranda menyatakan, untuk 2008 pihaknya masih optimis mencapai 6,2 persen. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008