Purwokerto (ANTARA) - Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyerahterimakan bantuan untuk guru prasejahtera melalui program Sahabat Guru Indonesia.
Serah terima bantuan tersebut dilakukan secara simbolis oleh Kepala Cabang ACT Purwokerto Tri Ageng Santoso kepada empat perwakilan guru di Kantor Cabang ACT Purwokerto, Jumat sore.
Dalam kesempatan tersebut, Tri Ageng mengatakan program Sahabat Guru Indonesia akan memberikan tunjangan kepada guru-guru dengan keterbatasan ekonomi di sekitaran Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen (Barlingmascakeb).
"Para guru yang sudah kami data adalah para guru yang kehidupannya masih di lingkup prasejahtera, di mana penghasilan mereka masih sangat minim untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga," katanya.
Ia mengatakan program Sahabat Indonesia merupakan sebuah apresiasi yang diberikan untuk para pahlawan tanpa tanda jasa yang mengabdikan diri bertahun-tahun mengajar demi mencerdaskan anak-anak bangsa.
Menurut dia, ACT saat sekarang sedang membahas kemungkinan bantuan untuk para guru tersebut dapat diberikan setiap bulan selama satu tahun.
Sementara itu, Staf Program ACT Purwokerto Sujada Abdul Malik mengatakan dengan adanya program Sahabat Guru Indonesia, para guru prasejahtera termasuk di dalamnya guru honorer dan guru tahfiz akan menerima bantuan biaya untuk menunjang ekonomi mereka.
Menurut dia, kriteria guru yang berhak menerima bantuan adalah berpenghasilan di bawah Rp1 juta per bulan, berasal dari wilayah prasejahtera, dan memiliki dedikasi mengajar yang tinggi untuk siswa-siswanya.
"Pada gelombang pertama, ACT Purwokerto akan menyalurkan bantuan untuk 20 orang guru dan akan berlanjut pada gelombang berikutnya. Secara keseluruhan ada 1.000 guru se-Indonesia yang menerima bantuan tersebut," katanya.
Salah seorang penerima bantuan, Puji Setyarini (49) mengaku sudah mengabdi sebagai guru Taman Kanak-Kanak (TK) Diponegoro 99, Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Banyumas, selama 26 tahun.
"Dulu sewaktu masih awal-awal, saya hanya mendapat honor sebesar Rp5.000 per bulan, kemudian naik secara bertahap, dan sejak dua tahun lalu hingga sekarang sudah Rp370 ribu per bulan," kata dia yang juga Kepala TK Diponegoro 99.
Kendati hanya mendapatkan honor yang besarannya kurang dari Rp500 ribu per bulan, dia tetap merasa senang menjalani profesi tersebut meskipun honornya jauh dari mencukupi kebutuhan keluarga.
Apalagi dia sejak lima tahun lalu menderita sakit ginjal sehingga harus cuci darah dua kali dalam seminggu dengan biaya dari BPJS Kesehatan.
"Suami saya, Bunyamin, berjualan makanan kecil yang dititipkan ke warung-warung. Penghasilan kami berdua memang masih kurang, tapi Allah Maha Kaya sehingga kami bisa berusaha untuk mencukup-cukupi kebutuhan," katanya.
Oleh karena itu, dia mengaku bahagia dengan adanya bantuan dari ACT Purwokerto untuk para guru. ***3***
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019