Solo (ANTARA News) - Hampir semua pecinta musik keroncong baik di Indonesia maupun di luar negeri, sudah tidak asing mendengar nama Gesang yang merupakan pencipta dan penyanyi lagu "Bengawan Solo". Komponis kawakan yang mempunyai nama lengkap Gesang Martohartono, merupakan putra kelima dari Martodiharjo. Dilahirkan tanggal 1 Oktober 1917 di Solo dengan nama Sutardi, karena sering sakit-sakitan namanya diganti menjadi Gesang yang artinya "hidup". Ibu kandungnya meninggal dunia ketika ia baru berusia lima tahun dan hanya sempat mendapatkan pendidikan formal di Sekolah Rakyat Ongko Loro sampai kelas lima. Semasa mudanya, Gesang adalah penyanyi pada Orkes Keroncong "Kembang Kacang" pimpinan Supinah (almarhum). Di orkes inilah Gesang sebagai penyanyi dan pencipta lagu berkembang. Setiap lagu baru yang dihasilkannya, Gesang meminta kepada salah seorang pemain Orkes Keroncong Kembang Kacang untuk dimainkan pada gitar atau piano. Gesang mengaku bahwa dirinya kurang menguasai teori musik. "Kalau menciptakan lagu, saya kira-kira dulu dalam pikiran saya, hanya liriknya yang saya tulis, kemudian saya minta kepada teman untuk memainkan melodinya dengan alat musik, apakah sesuai dengan keinginan saya atau tidak dan biasanya semuanya lancar," tutur Gesang. Untuk lagu Bengawan Solo diciptakan tahun 1940, saat itu pada suatu senja berada di tepi Sungai Bengawan Solo yang indah, dan setelah mengamati sungai ini datang inspirasi untuk menciptakan lagu Bengawan Solo yang sekarang telah mendunia. Lagu Bengawan Solo terutama sangat disukai oleh masyarakat China dan Jepang, sehingga Gesang juga sempat berkunjung ke China dan Korea Utara bersama Misi Kesenian Indonesia tahun 1963, kemudian berturut-turut pada tahun 1988, 1990, 1991 dan 1994 mendapat undangan untuk memperkenalkan musik keroncong di Jepang. Untuk terakhir pada tahun 1996 Gesang bersama rombongan delegasi Kesenian PT Gema Nada Pertiwi mendapatkan kehormatan untuk tampil dalam acara khusus "Malam Bengawan Solo" selama dua malam berturut-turut di kota Shanghai, Tiongkok. Seperti Bukan Penyanyi Lewat lagu Bengawan Solo, Gesang banyak sekali memperoleh imbalan, berkat lagu ini pula komponis kawakan ini diundang ke Jepang untuk menghadiri pesta musim dingin di Saporro selama satu minggu, dan juga pernah diundang tampil di Singapura. Komponis kawakan yang sekarang tinggal di rumahnya Solo yang ditemani oleh kedua adiknya Toyib (73) dan Ny Sarbini (75) beserta beberapa cucu keponakannya ini telah menciptakan sebanyak 40 lagu. Lagu-lagu itu antara lain Keroncong Piatu (1938), Keroncong Roda Dunia (1939), Bengawan Solo (1940), Saputangan (1941), Tirtonadi, Dunia Berdamai, Keroncong Pemuda Dewasa (1942), Jembatan Merah (1943), Pandan Wangi (1949). Dalam usia senja ini Gesang mengatakan, peringatan hari ulang tahunnya yang ke 91 tahun telah dirayakan oleh Presiden Direktur Penerbit Musik Pertiwi (PMP) KRT Hendarmin Susilo, di Solo. Dalam acara ulang tahun itu Gesang menerima penyerahan Royalti dari PMP yang diserahkan secara simbolis sebesar Rp70.033.968. Dalam acara tersebut juga dilakukan penyerahan serial album VCD-DVD "Karya Emas Gesang" secara simbolis kepada Gesang. Gesang mengatakan di usianya senja umur 91 tahun ini, dirinya sudah tidak pergi kemana-mana seperti dulu. Untuk melakukan bepergian jauh sudah tidak kuat badannya. "Saya ini sekarang untuk jalan-jalan keluar rumah saja harus ditemani orang, apalagi bepergian jauh jelas sudah tidak bisa dan kalau ada yang mengundang juga sudah tidak mampu lagi dilayani seperti dulu," katanya. Menyinggung mengenai perkembangan lagu-lagu keroncong, Gesang mengatakan sudah tidak mengerti, tetapi berharap bahwa kesenian ini harus hidup terus jangan sampai mati. "Saya ini dulu memang penyanyi dan pencipta lagu, tetapi sekarang ini sudah tidak seperti penyanyi dan pencipta lagu karena sudah tua dan pendengaran juga banyak berkurang," kata Gesang yang didampingi adik kandungnya Toyib dengan bersemangat. Untuk saat ini, kalau mau menyanyi sudah tidak bisa lagi, karena telinga sudah tidak bisa mendengarkan musik-musik yang mengiringinya. "Ya kalau sekarang saya menyanyi banyak orang yang tertawa karena syair dengan nadanya pasti tidak akan pas dan suaranya juga sudah tidak baik," ujarnya. Dihari tua ini Gesang mengatakan, sudah tidak ada kesibukan apa-apa dan waktunya sehari-hari habis hanya digunakan bersama dengan keluarganya di rumah. "Ya sudah tua mau apa gantian biar yang muda-muda itu untuk berkarya". (*)
Oleh Oleh Joko Widodo
Copyright © ANTARA 2008