Anda melihat kekhawatiran bahwa ekonomi AS kembali melambat hanya karena beberapa angka buruk dari kedua data ISM

New York (ANTARA) - Kurs dolar AS turun untuk sesi kelima berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), tertekan oleh data ekonomi Amerika Serikat yang lebih lemah dari perkiraan dan kinerja kuat minggu ini oleh euro dan pound Inggris.

Federal Reserve, pada pertemuan kebijakan moneter terakhirnya, mengatakan pihaknya bertahan setelah memangkas suku bunga tiga kali tahun ini. Tetapi beberapa analis menyarankan Fed dapat mempertimbangkan kembali sikap itu jika data ekonomi AS terus memburuk.

"Anda melihat kekhawatiran bahwa ekonomi AS kembali melambat hanya karena beberapa angka buruk dari kedua data ISM (Institute for Supply Management)," kata Joe Trevisani, analis senior di FXStreet.com.

Sebagian besar mata uang diperdagangkan dalam kisaran ketat setelah berita utama yang saling bertentangan mengenai apakah perjanjian perdagangan AS-China dapat dicapai sebelum 15 Desember, ketika tarif tambahan AS mulai berlaku untuk barang-barang China.

Fokusnya juga pada seberapa besar kerusakan yang disebabkan perang dagang.

Pesanan industri Jerman turun secara tak terduga pada Oktober, data menunjukkan.

Laporan AS seperti klaim pengangguran mingguan dan defisit perdagangan sebagian besar lebih baik dari yang diperkirakan, tetapi mereka adalah data tingkat kedua dan tidak banyak menggerakkan dolar.

Defisit perdagangan turun ke level terendah dalam hampir satu setengan tahun pada Oktober menjadi 47,2 miliar miliar dolar AS, terkecil sejak Mei 2018. Klaim pengangguran awal turun menjadi 203.000 untuk pekan yang berakhir 30 November, terendah sejak pertengahan April.

Data itu mengikuti angka suram pada Rabu (4/12/2019) tentang penggajian swasta dan kegiatan sektor jasa-jasa, dan indeks aktivitas manufaktur AS serta angka pengeluaran konstruksi yang buruk pada Senin (2/12/2019).

Aktivitas manufaktur di zona euro mengalahkan ekspektasi.

Dalam perdagangan sore, indeks dolar turun 0,2 persen menjadi 97,43654.

UBS, dalam sebuah catatan penelitian, mengatakan dolar bisa berada di bawah tekanan tahun depan, karena memperkirakan Amerika Serikat akan berkontribusi lebih sedikit terhadap pertumbuhan permintaan global.

“Ekonomi Eropa dan eksportir Eropa khususnya akan mendapat manfaat jika ketegangan perdagangan mereda. Dalam lingkungan seperti itu, nilai tukar euro/dolar memiliki potensi naik,” kata bank.

Euro menguat 0,2 persen terhadap dolar menjadi 1,1102 dolar, sementara dolar tergelincir 0,1 persen terhadap yen menjadi 108,76 yen.

Sterling adalah peraih keuntungan terbesar minggu ini, naik 1,7 persen terhadap dolar, karena tampaknya Partai Konservatif yang berkuasa akan memenangkan mayoritas dalam pemilihan minggu depan dan mengakhiri tiga setengah tahun ketidakpastian terkait Brexit.

Pound Inggris diperdagangkan pada level tertinggi tujuh bulan 1,3165 dolar dan memperpanjang kenaikan terhadap euro ke level tertinggi dua setengah tahun di 84,28 pence

Pound terakhir menguat 0,3 persen terhadap greenback pada 1,3155 dolar.

Baca juga: Dolar AS melemah tertekan beberapa data ekonomi negatif
Baca juga: Dolar AS melemah karena selera terhadap aset berisiko berkurang

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019