Mataram, (ANTARA News) - Masyarakat Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) "menyerbu" pedagang busung atau janur kuning untuk dijadikan bahan ketupat dan jajan bantal, yakni kue yang terbuat dari ketan untuk menghadapi Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat. Lebaran Topat dirayakan masyarakat Lombok seminggu setelah hari Raya Idul Fitri, tepatnya pada Rabu (8/10) dengan memakan ketupat sehari suntuk sebagai penggati nasi. Pantauan ANTARA di Mataram, Selasa, ibu-ibu membeli janur kuning yang jumlahnya antara 50 lembar hingga 100 lembar dengan harga Rp3.000 per 20 lembar. Sementara bahan ketupat yang sudah jadi atau sudah dianyam harganya Rp5.000 per 20 biji, sementara pedagang janur kuning membanjiri pasar-pasar tradisional seperti pasar Dasan Agung, Kebun Roek, Ampenan dan pasar Cakranegara. Pedagang janur kuning datang dari Gunungsari, Kekait, Medas dan Duman, Kabupaten Lombok Barat, dan mereka hanya berjualan hari ini sementara besoknya sudah tidak ada. Salah seorang pedagang janur kuning, Inaq Saodah (50) asal Medas, mengatakan, harga janur kuning sekarang naik dari dari Rp2.000 per 10 lembar menjadi Rp3.000 per 10 lembar. Naiknya harga janur kuning karena ongkos orang yang memanjat pohon kelapa cukup mahal, yakni Rp5.000 per pohon padahal sebelumnya hanya Rp2.500 per pohon. "Disamping itu, janur kuning sudah semakin langka, karena pohon kelapa banyak yang ditebang untuk bahan bangunan," katanya. Kegiatan merayakan Lebaran Topat akan dipusatkan di Desa Batulayar kawasan obyek wisata Senggigi, Lombok Barat dan akan dihadiri Gubernur NTB, KH. M. Zainul Madji dan Wakil Bupat Lombok Barat, H. Izzul Islam. Kabag Humas Pemprop NTB, Ibu Salim mengatakan, Lebaran Topat kini menjadi tradisi masyarakat Lombok sehingga Dinas Pariwisata NTB memasukkan Lebaran Topat dalam kalender tahunan kegiatan pariwisata daerah. Masyarakat ramai ke obyek wisata Batu Layar karena sebuah perbukitan di Batu Layar terdapat makam yang konon seorang wali dari Bagdad, Iraq yang meninggal setelah menyebarkan agama Islam di Lombok. Di makam Batu Layar ini masyarakat berziarah sekaligus Selakaran atau pembacaan barzanji, zikir dan berdoa untuk keselamatan di dunia dan akhirat. Disamping itu, ada pula masyarakat yang "ngurisan" atau cukuran bayi dan tidak luput para pemuda dengan membawa bunga rampai datang ke makam Batu Layar agar diberi jodoh sesuai pasangan yang diinginkan.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008