Multan, Pakistan (ANTARA News) - Seorang pembom bunuh diri menewaskan 15 orang dan melukai seorang politikus oposisi Pakistan Senin dalam serangan terakhir untuk menekankan ancaman yang ditimbulkan oleh militan Taliban dan al Qaida.Penyerang itu meledakkan dirinya dalam kerumunan orang di rumah Rashid Akbar Nowani, seorang anggota parlemen minoritas Syiah dari partai mantan perdana menteri Nawaz Sharif, di kota Bhakkar di provinsi Punjab, kata polisi.Pemerintah sipil baru Pakistan sedang memerangi gelombang kekerasan Islam yang dipersalahkan pada militan di daerah suku yang berbatasan dengan Afghanistan, dan juga di bawah tekanan intensif AS untuk menindak keras ekstrimis."Itu adalah serangan bunuh diri, kepala pembomnya telah ditemukan," pejabat senior polisi Khadim Hussain mengatakan."Pembom itu berjalan ke rumah anggota parlemen tersebut dan meledakkan dirinya di tengah kerumunan pekerja partai, pendukung dan keluarga," kata Hussain. Kepala polisi setempat Iqbal Qureshi mengatakan korban tewas telah meningkat menjadi 15 ornng. Beberapa pejabat rumah sakit mengatakan sedikitnya 60 orang terluka, termasuk Nowani, yang menderita luka kaki. "Kondisinya tidak serius, ia baik," kata saudara laki-laki politikus itu, Saeed Akbar. Tidak ada pengakuan tanggungjawab segera. Namun beberapa pejabat mengatakan anggota parlemen itu mungkin diserang karena ia dari masyarakat Musiim Syiah dan tinggal di suatu daerah tempat telah ada serangan sektarian yang dipersalahkan pada al Qaida dan militan Sunni terkait-Taliban. Ledakan itu tiba hanya empat hari setelah seorang pembom bunuh diri meledakkan bom di luar rumah seorang anggota senior koalisi yang berkuasa di Pakistan di sebuah kota di baratlaut, yang menewaskan empat orang. Politikus itu, pengkampanye anti-Taliban dan pemimpin Partai Nasional Awami Asfandyar Wali Khan, nyaris selamat dari serangan ketika pengawalnya melompati pembom tersebut. Militan juga menembakkan roket Minggu di rumah keluarga menteti besar Provinsi North West Frntier yang menghadapi kesulitan, Amir Haider Khan Hoti, tapi tidak menimbulkan korban. Serangan itu memperbesar tekanan pada Presiden Asif Ali Zardari, duda dari mentan perdana menteri Benair Bhutto yang terbunuh, untuk memerangi ancaman yang bertambah yang ditimbulkan oleh ekstrimis Islam. Pakistan masih terhuyung-huyung dari serangan bunuh diri di hotel Marriott di Islamabad pada 20 September hang menewaskan 60 orang. Beberapa pejabat mengatakan itu (serangan) merupakan serangan balas dendam atas operasi militer di wilayah suku di Pakistan baratlaut yang tanpa hukum. Hubungan dengan sekutu penting Washington juga dalam krisis di tengah serangkaian serangan AS dan serangan rudal terhadap sasaran ekstrimis di wilayah Pakistan. Pemerintah Pakistan Senin berebut membantah laporan surat kabar AS bahwa Zardari telah mengakui serangan rudal tidak populer besar-besaran itu merupakan bagian dari perjanjian dengan AS. "Kami memiliki saling-pemgertian, dalam hal bahwa kami menentang musuh bersama," kata Zardari seperti dikutip oleh Wall Street Journal ketika ditanya mengenai serangan itu. "Ia (Zardari) pernah mengatakan bahwa serangan itu dilakukan denga pengetahuan atau izin kami," Menteri Informasi Sherry Rehman mengatakan pada televisi pemerintah ketika ditanya soal wawancara itu. "Kami telah mengatakan bahwa kapan saja ada beberapa data intelijen pada pasukan koalisi (pimpinan-AS), mereka akan membaginya dengan kami," katanya. Ia secara khusus juga membantah bahwa Pakistan telah memberi izin bagi serangan darat oleh pasukan khusus AS pada 3 September yang mana 15 warga Pakistan tewas.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008