Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan 10 langkah yang harus ditempuh semua pihak untuk menghadapi krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga tidak berdampak buruk terhadap pembangunan nasional. "Adalah tugas kita membuat masalah yang sulit, agar lebih mudah," kata Presiden dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh seluruh menteri kabinet Indonesia bersatu (KIB), kalangan dunia usaha dan juga pimpinan media massa nasional, di gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Senin. Pada poin pertama, Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar kepercayaan masyarakat. Hal yang kedua, menurut Kepala Negara, pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik. "Hal yang ketiga adalah optimalkan APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan `social safety net` dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM," tegasnya. Presiden Yudhoyono juga menegaskan harus dilakukannya efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD khususnya untuk peruntukan konsumtif. Langkah keempat yang diperintahkan oleh Kepala Negara adalah pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak. "Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara Bank Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong sektor riil," tegas Yudhoyono. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional. Langkah kelima yang diperintahkan Presiden adalah semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS. "Kita harus mendorong produk kita agar kompetitif dan memiliki daya saing yang baik," katanya. Hal keenam yang diinstruksikan oleh Kepala Negara, yakni menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat. "Kepada para menteri, saya minta untuk memberikan insentif dan disinsentif agar penggunaan produk dalam negeri dapat meningkat, kalau perlu juga akan dikeluarkan instruksi agar pengadaan barang dan jasa di departemen mengutamakan produk dalam negeri," kata Presiden. Langkah ketujuh, Kepala Negara menekankan perkuatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta. "Cegah timbulnya ketidakpercayaan dan saya ingatkan semua pihak memiliki peran yang penting," ujarnya.Dalam kesempatan itu, Presiden Yudhoyono juga menekankan langkah kedelapan, yakni semua kalangan untuk menghindari sikap ego-sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi. "Hilangkan budaya ego-sentris dan juga kebiasaan bussines as ussual," kata Kepala Negara menegaskan. Menurut Presiden, dalam menghadapi permasalahan semua pihak memiliki porsi masing-masing untuk bersama-sama menyelesaikan masalah. Kesemuanya harus bekerja sama dan tidak boleh saling mengandalkan. Pada langkah kesembilan, Kepala Negara mengingatkan, 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu, kaitannya dengan upaya menghadapi krisis keuangan AS adalah memiliki pandangan politik yang non partisan, serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam kebijakan-kebijakan politik. Hal yang terakhir atau langkah kesepuluh dari Presiden adalah meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008