Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memperkirakan pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 akan menurun akibat dampak krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Meski demikian, target ekspor pada tahun ini sebesar 12 persen, menurutnya akan tetap tercapai. "Jadi untuk tahun ini kita optimistis masih memenuhi target. Tahun depan memang akan ada `slow down`. Semua negara akan mengalami itu," kata Mendag usai rapat kabinet mengenai dampak krisis keuangan AS di Gedung Setneg Jakarta, Senin. Menurutnya, nilai ekspor migas dari Januari hingga Agustus meningkat hingga 30 persen sementara ekspor non migas tumbuh 22 persen. Sementara, untuk tahun depan, Mendag juga mengkhawatirkan turunnya harga komoditas-komoditas akan mempengaruhi volume perdagangan. "Kita bisa lihat waktu harga naik, volume turun. Sekarang akan ada koreksi, dari segi volume dan value. Slow down in demand pasti akan terjadi. Memang kita harus bisa mengantisipasinya. Tahun depan akan ada slow demand. Ini tergantung dari pada slow down ekonomi global," katanya. Untuk mengantisipasi krisis keuangan AS itu, Mendag mengatakan akan terus melakukan diversifikasi tujuan ekspor ke negara lain seperti Timur Tengah dan Asia. "Tentu saja yang sudah kita lakukan seperti diversifikasi pasar, seperti tahun 2003 19 persen ke Eropa. Tapi sekarang 13 persen ke Eropa. Terus ke Amerika dari 40 persen menjadi sekitar 12 persen, yang meningkat itu ke China, India, Korea, Taiwan dan pasar Asia lainnya," katanya. Pemerintah, lanjutnya akan terus melakukan diversifikasi pasar ke Timur Tengah, Rusia, Eropa tengah, dan terus melanjutkan pertumbuhan di Asia. "Perjanjian-perjanjian regional di Asia segala macam itu sudah selesai," katanya. Selain itu, pemerintah juga akan mendorong permintaan pasar di dalam negeri sehingga produksi nasional bisa terus meningkat seperti CPO dengan memberikan insentif bagi konsumsi di dalam negeri. "Seperti itu yang akan kita lakukan jadi insentif untuk meningkatkan konsumsi di dalam negeri, kedua menjaga daya saing ekspor untuk 2009," katanya. Hal lain yang harus dilakukan adalah mengurangi ekonomi biaya tinggi, seperti masalah pelabuhan, logistik, penyederhanaan prosedur bea dan cukai, restitusi pajak dan bea masuk oleh Depkeu. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008