Jakarta (ANTARA News) - Laju inflasi September yang mencapai 0,97 persen akan "memaksa" Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 9,25 persen menjadi 9,5 persen.
"Dengan pertimbangan akhir-akhir ini dolar AS menguat tajam terhadap mata uang lain, dan nilai tukar rupiah yang jatuh di bawah Rp9.500 per dolar AS serta ekspektasi inflasi yang masih tinggi, seyogyanya BI menaikkan BI rate 25 bps," kata pengamat ekonomi Ryan Kiryanto di Jakarta, Senin.
Menurutnya, dengan laju inflasi September sebesar 0,97 persen sehingga inflasi tahun ke tahun menjadi 12,14 persen, BI hanya punya dua pilihan, yaitu menahan BI rate atau menaikkan BI rate 25 bps menjadi 9,5 persen.
Dikatakannya, dengan menaikkan BI rate 25 bps, maka jika inflasi November dan Desember masing-masing di bawah 1 persen, maka BI tidak perlu menaikkan BI rate lagi, sehingga level akhir BI rate adalah 9,5 persen.
"Saya kira pelaku pasar bisa menerima logika tersebut jika BI naikkan BI rate 25 bps. Dalam situasi ekonomi global yang tidak pasti saat ini, penting bagi BI menerapkan
stance kebijakan moneter yang terukur dan hati-hati," katanya.
Kenaikan BI rate, lanjutnya relatif tidak akan memancing bank-bank menaikkan suku bunga di tengah ketatnya likuiditas saat ini, karena suku bunga juga sudah naik duluan. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008