Jakarta (ANTARA) - Menyambut revolusi Industri 4.0, perusahaan-perusahaan Indonesia harus melakukan transformasi digital dan jika tidak maka mereka akan tertinggal serta terlindas oleh kompetitor, kata Sagara Technology, perusahaan rintisan penyedia solusi end-to-end teknologi.
Mengutip studi terbaru International Data Corporation, total pengeluaran perusahaan untuk mewujudkan transformasi digital secara global akan mencapai Rp28.000 triliun (2 triliun dolar AS) pada tahun 2022.
Diperkirakan bahwa setiap perusahaan akan mengalokasikan setidaknya 10 persen pendapatannya untuk mengeksekusi strategi digital sebagai investasi jangka panjang.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi paling tinggi dalam hal pengembangan transformasi digital. Laporan Google dan Temasek memperkirakan bahwa ekonomi digital di Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, yaitu mencapai Rp1.400 triliun (100 miliar dolar AS) pada 2025, meningkat tiga kali dari valuasi Rp378,5 triliun (27 miliar dolar AS) pada 2018.
Baca juga: Transformasi digital makin marak, keamanan siber akan berkembang pesat di Indonesia
Baca juga: Enesis adopsi SAP untuk transformasi digital
Menyikapi lanskap bisnis yang sedang berubah, Sagara Technology selaku perusahaan konsultan teknologi dan agensi produk digital hadir untuk menyediakan solusi end-to-end untuk mendukung para perusahaan dalam pengembangan teknologinya.
Sagara Technology bergerak di bidang produksi dan pengembangan software, dengan layanan website development, e-commerce, pengembangan aplikasi Android dan IOS, big data, hingga pelatihan tenaga kerja IT.
Sagara memiliki beberapa nilai plus yang sulit didapatkan dari software house lain di Indonesia, di antaranya mengedepankan pendekatan relationship-based dan fokus pada penyelesaian masalah, kata pendiri dan CEO Sagara Technology, Adi Arriansyah, yang jebolan Founder Institute, sebuah program pelatihan entrepreneur asal Silicon Valley.
"Kami selalu menawarkan produk yang dinamis, menggunakan instrumen tech stack paling modern, seperti Node.js dan Express. Sementara, untuk pengembangan aplikasi, kami memfokuskan diri ke Native Apps, seperti Kotlin untuk Android, ataupun Swift untuk iOS," kata Adi dalam siaran persnya, Rabu.
Sagara yang telah merekrut Angga Fauzan, pria asal Boyolali lulusan S2 dari Edinburgh University, sebagai Chief Marketing Officer ini memiliki portfolio klien-klien ternama seperti Ruangguru, Blue Bird, Qlue, Kementerian Pendidikan, Cartenz Group, Qatar National Bank, Telkomsel, hingga Boston Consulting Group.
Iman Usman, founder dari Ruangguru, salah satu platform pendidikan online terbesar di Indonesia, menyatakan apresiasi atas kolaborasinya dengan Sagara.
“Kami bekerja bersama Sagara untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan menambah fitur-fitur baru dalam website Ruangguru.com. Mereka sangat responsif dan profesional, sehingga bisa mengeksekusi semua rencana kami dengan baik,” kata Iman.
Sejak tahun 2014, Sagara telah mengembangkan dan meluncurkan lebih dari 100 aplikasi website dan lebih dari 20 aplikasi mobile.
“Kami ingin berkontribusi untuk menjadikan Indonesia sebagai smart nation dan membantu para pelaku bisnis di Indonesia agar bisa berkembang secara optimal di era digital ini,” kata Adi.
Baca juga: Kemenperin dorong transformasi rantai pasok dan logistik digital
Baca juga: Garuda Indonesia-Indosat sinergi optimalisasi transformasi digital
Baca juga: 'Tech startup' didorong jadi penggerak transformasi digital IKM
Pewarta: Suryanto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019