"Fokus program Presiden Joko Widodo untuk periode kedua ini adalah human capital, pengembangan sumber daya manusia. Kita ingin mengajak Peace Corps karena mereka punya ahli-ahli pengembangan UMKM (usaha mikro, kecil, menengah) atau bidang kesehatan," sebut Zelda usai menghadiri acara resepsi 10 tahun pengaktifan kembali program Peace Corps di Indonesia.
Menurut dia, Direktur Peace Corps AS Josephine Olsen atau yang akrab disapa Jody menyambut baik tawaran pemerintah RI itu.
"Tadi pagi saya sudah bertemu dengan Ibu Jody, dan dia menyambut baik jika program Peace Corps ini di-expand (dikembangkan, red) agar tidak sekadar pengajaran Bahasa Inggris," tambah Zelda.
Dalam kesempatan yang sama, Olsen mengatakan Peace Corps akan melanjutkan program pengajaran Bahasa Inggris ke para guru, pelajar, dan komunitas pendidik di Indonesia. Namun, ia tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan program Peace Corps ke bidang lain apalagi jika ada tawaran kemitraan dari Pemerintah Indonesia.
"Poin pertama yang terpenting, kami akan melanjutkan program pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia. Kedua, dari hasil perbincangan dengan kelompok kerja di sini, kami telah membahas sejumlah sektor pemberdayaan yang dapat dikerjakan selanjutnya, misalnya saja di bidang pertanian atau ekonomi," terang Olsen yang telah mengunjungi Indonesia selama beberapa hari untuk menemui langsung para relawan Peace Corps.
Lembaga kemanusiaan independen AS itu dibentuk oleh pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden John F. Kennedy pada 1961. Indonesia merupakan satu dari 44 negara yang menjadi tujuan gelombang pertama relawan Peace Corps yang berjumlah 7.000 orang.
Untuk 2019, Peace Corps telah mengirim 68 relawan untuk mengajar Bahasa Inggris ke sejumlah murid, guru, dan komunitas pendidikan di Jawa Barat, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur selama 24 bulan atau dua tahun.
Baca juga: Pelatihan Bahasa Inggris se-Asean fokus pada manajemen bencana
Baca juga: British Council luncurkan kampanye bahasa Inggris untuk Muhammadiyah
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019