Jakarta (ANTARA News) - Target pertumbuhan industri 2009 yang dipatok 5 persen kemungkinan direvisi mengingat pengaruh krisis keuangan Amerika Serikat (AS) diperkirakan baru bisa pulih enam bulan ke depan, kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris. "Pertumbuhan industri pasti akan terpengaruh oleh krisis AS ini, walaupun tidak teramat serius," usai rapat koordinasi menteri-menteri ekonomi dan Bank Indonesia di Gedung Utama Departemen Keuangan Jakarta, Minggu. Pasar AS yang diprediksi melemah akan mempengaruhi permintaan ekspor produk industri andalan Indonesia seperi tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki. "Seperempat ekspor TPT kita masuk ke AS akan terkena dampaknya, juga sepatu dan beberapa komoditi sejenis itu tapi dari seluruh komoditi industri tidak seluruhnya masuk ke AS," ujarnya. Krisis keuangan AS menyebabkan ketatnya likuiditas perbankan yang berakibat rendahnya pemberian kredit investasi. Untuk menggerakkan sektor riil, lanjut Fahmi, investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah perlu memberikan insentif fiskal tambahan yang substansial untuk menarik minat investor asing menanamkan modalnya di sektor riil secara langsung. "Para investor itu memperhatikan insentif apa yang terbaik diberikan suatu negara. Kita sudah bicara tentang berbagai pendekatan, kita sudah punya PP nomor 1/2007 yang sebentar lagi perbaikannya, penyempurnaanya akan segera selesai,"tuturnya. Pemberian insentif memang akan menakan penerimaan fiskal namun jangka dalam jangka panjang insentif akan memperbaiki struktur finansial dan sektor riil di Indonesia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008