Parepare (ANTARA News) - Sebanyak empat orang penumpang KM Teratai Prima ditemukan lagi dan berhasil dievakuasi ke Pelabuhan Parepare, Senin petang. Dengan demikian penumpang yang berhasil ditemukan selamat mencapai 26 orang dari 250 jumlah penumpang.
Selain itu, berdasarkan informasi dari petugas KPLP Majene, Sulawesi Barat, ada 21 penumpang KM Teratai yang terdampar di Pulau Ambo --masih dalam wilayah Majene-- tak jauh dari lokasi tenggelamnya kapal.
"Informasi yang dilaporkan KPLP Majene itu diperoleh dari keterangan penumpang yang berhasil diselamatkan, bahwa sebagian diantaranya berada di Pulau Ambo," kata Administrator Pelabuhan Parepare, Wahidah di Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin.
Mengenai penyisiran di sekitar Perairan Parepare, Sulsel dan Tinambung, Majene, Sulbar, ia mengatakan, untuk sementara tim SAR gabungan terpaksa tidak melanjutkan pencarian, karena cuaca tidak mendukung. Gelombang laut masih setinggi sekitar dua meter, sementara kekuatan angin bertiup 5 -10 knot yang memicu kecepatan gelombang 15 knot.
Sementara itu, dari keterangan salah seorang penumpang KM Teratai yang selamat, Pasong mengemukakan, KM Teratai tenggelam dalam hitungan sekitar lima menit saja, karena ada bagian kapal yang bocor, sementara cuaca juga kurang bersahabat.
"Sebenarnya kapasitas kapal dengan muatannya tidak berlebih, karena kapal itu mampu menampung 300-an penumpang. Hanya saja barang yang diangkut kapal itu, seperti beras dan hasil bumi lainnya sangat banyak, sehingga memicu kapal tenggelam dalam kondisi cuaca buruk," paparnya.
Hal itu diakui Nakhoda KM Teratai, Sabir yang juga berhasil selamat dan kini berada di Polres Parepare untuk memberikan klarifikasi. Dari informasi yang dihimpun di lapangan diketahui, nakhoda kapal tersebut sempat menyelamatkan diri setelah kapal tenggelam dan bersembunyi di Desa Bojo, Kabupaten Barru, Sulsel atau kabupaten tetangga Parepare.
Menurut keterangan Sabir pada pihak kepolisian setempat, KM Teratai memiliki sekoci delapan dan masing-masing sekoci hanya mampu menampung 12 orang. Akibat jumlah penumpang lebih banyak dari sekoci, akhirnya sebagian besar penumpang terkatung-katung di laut tanpa pelampung. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009