program kemitraan tersebut merupakan komitmen perusahaan terhadap pelestarian hutan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Jakarta (ANTARA) - Salah satu produsen minyak sawit nasional Cargill mengalokasikan dana senilai Rp49 miliar atau 3,5 juta dolar AS untuk program konservasi hutan di Desa Nanga Lauk, Kalimantan Barat, selama 25 tahun.

Dana tersebut akan dikelola melalui Mekanisme Konservasi Komoditas Berkelanjutan atau Sustainable Commodities Conservation Mechanism (SCCM) bersama dengan Lestari Capital, dan People Resources and Conservation Foundation (PRCF) Indonesia.

CEO Cargill Tropical Palm, Richard Low di Jakarta, Rabu, mengatakan program kemitraan tersebut merupakan komitmen perusahaan terhadap pelestarian hutan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.

"Kami mengimplementasikan komitmen keberlanjutan dan ketaatan terhadap sertifikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat," katanya saat peresmian Proyek 25 tahun Perlindungan dan Restorasi Hutan di Desa Nanga Lauk, Kapuas Hulu, Kalbar.

Baca juga: Orang-orang di jantung bisnis restorasi hutan

Program Hutan Desa Nanga Lauk terdiri atas Hutan Desa mencakup total 1.430 hektare termasuk hutan rawa gambut, tanah rawa dan danau.

Selain itu juga Hutan Produksi Terbatas yang mencakup hutan rawa gambut seluas 9.169 hektar dan kawasan hutan yang berdekatan dengan aliran sungai dan danau.

Baik Hutan Desa dan Hutan Produksi Terbatas Nanga Lauk mendukung kehidupan sekitar 700 penduduk di 197 rumah tangga.

Plt Kepala Dinas Perhutanan Provinsi Kalbar Untat Dharmawan mengatakan, pemda selalu mendorong pemanfaatan hutan yang mencapai luasan 4,8 juta hektar serta membentuk pengelola hutan sosial maupun hutan konservasi.

Ribuan desa yang berada di kawasan hutan, tambahnya, memiliki keterbatasan tinggi terhadap berbagai akses termasuk akses perbankan.

"Tujuan pembangunan hutan melalui pengentasan kemiskinan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa termasuk Nanga Lauk," katanya.

Baca juga: Kampanye sawit berkelanjutan Indonesia dilaksanakan di Belanda

Tokoh masyarakat Desa Nanga Lauk, Rusman mengatakan selama beberapa generasi, kawasan hutan tersebut telah menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat melalui kegiatan menangkap ikan, bercocok tanam, dan memanen hasil hutan seperti madu.

Hutan dan aliran air di sekitarnya juga merupakan sumber air, bahan bakar, bahan bangunan, dan obat tradisional.

"Kami menyambut baik program pengelolaan hutan berkelanjutan ini karena akan membantu masyarakat sekitar mencari nafkah sekaligus memberikan kontribusi kembali ke hutan yang kami sebut rumah kami," katanya.

Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019