Saya berikan contoh urusan, misalnya, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan, apakah ada ideologinya? tanya ke saya saja, ada, ada

Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengungkapkan di setiap kartu yang pemerintah luncurkan terkandung ideologi Pancasila.

"Saya berikan contoh urusan, misalnya, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan, apakah ada ideologinya? tanya ke saya saja, ada, ada," kata Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Selasa.

Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara "Presidential Lecture" Internalisasi dan Pembumian Pancasila yang digagas oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Dalam acara tersebut hadir juga Ketua Dewan Pengarah BPIP yang juga Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, anggota Dewan Pengarah Sudhamek Wakil, Andreas Anangguru Yewangoe, Buya Ahmad Syafii Maarif, para menteri kabinet Indonesia Maju serta para kepala lembaga pemerintah.

"Lihat lebih dalam lagi ada apa di situ? perikemanusiaan ada di situ, BBM satu harga ada ideloginya di situ, ada, keadilan sosial ada di situ, infrastruktur, jangan dikatakan tidak ada ideologinya," ucap Presiden menjelaskan.

Baca juga: BPIP sebut jadi bangsa maju tak cukup rukun dan toleran

Presiden membantah bahwa infrastruktur hanyalah urusan ekonomi. "Orang hanya melihat urusan ekonominya, tidak. (Infrastruktur) ini mempersatukan, ada persatuannya ini harus dinampakkan seperti itu, jangan urusan remeh-temeh, ndak seperti itu coba lebih dalami lagi," ujar Presiden.

Presiden pun meminta agar para menteri dan kepala lembaga dalam membuat kebijakan juga memiliki unsur ideologi Pancasila.

"Akan muncul ideologi-ideologi di setiap program bapak ibu luncurkan, ada rasa ideologi Pancasilanya. Kenapa ketika saya memberikan Kartu Indonesia Pintar atau mengumpulkan usaha-usaha mikro saya suruh maju untuk menghapal Pancasila? Itu awal saja, terusan dari itu mestinya ada," tutur Presiden.

Namun, Presiden Jokowi meminta agar target penyebaran ideologi Pancasila itu pun difokuskan kepada anak-anak muda.

Baca juga: BPIP: Jangan beri izin ormas bertentangan dengan Pancasila

"Kita membawa negara sebesar ini 260 juta target ke depan nilai-nilai ini ditransfer ke siapa? Demografi kita ke siapa? Anak-anak muda kita, merekalah yang mau kita kejar karena ke depan ada 129 juta anak-anak muda, hampir 48 persen, kalau tidak mengerti masalah ideologi, tidak ngerti masalah Pancasila berbahaya negara ini," kata Presiden menegaskan.

Presiden memerintahkan agar para menteri dan kepala lembaga memahami cara berkomunikasi 129 juta anak-anak muda agar bisa membumikan Pancasila.

"Sekali lagi target utama kita anak-anak muda kita, yang kita hitung 129 juta orang. Kita harus mengerti, paham media komunikasi yang mereka gunakan apa? Semua harus mengerti ini juga, harus mengerti kegiatan mereka itu apa? Konten yang mereka sukai itu apa? Kegiatan yang mereka sukai apa? Harus teridentifikasi betul," ujar Presiden menambahkan.

Presiden bahkan meminta agar para menteri dan kepala lembaga melihat siapa tokoh yang anak muda sukai.

"Coba lihat lebih dalam lagi siapa tokoh atau influencer yang mereka ikuti? Hati-hati di sini, BPIP juga harus melihat secara detail ini agar penyebaran lebih cepat dan kuat lagi," ungkap Presiden.

Baca juga: BPIP ingatkan Pancasila harus ditafsirkan menurut pendiri bangsa

Baca juga: BPIP minta Kota Banyuwangi tetap rawat toleransi

Baca juga: Pancasila sebagai perekat keberagaman Indonesia

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019