Pangkalpinang, (ANTARA News) - Takbir Lebaran adalah saat bagi warga Desa Tua Tunu, untuk meneruskan tradisi bunyi bedil yang terbuat dari bambu.
Di Desa Tua Tunu, Pangkalpinang, awal pekan ini, tampak sekumpulan anak-anak membawa parang serta potongan bambu dengan panjang dua meter yang akan digunakan untuk pembuatan bedil bambu.
Acil, salah seorang anak yang sibuk melubangi ruas bambu, mengatakan sedang membuat bedil bambu untuk dibunyikan saat takbiran.
"Tiap tahun kami membuat bedil bambu untuk dibunyikan pada saat takbiran karena bedil bambu sudah tradisi orang desa kami," ujarnya.
Ia menjelaskan, satu batang pohon bambu bisa menghasilkan empat bedil bambu dengan panjang dua meter dan cara pembuatannya juga mudah, cukup dengan melobangi tiap ruas bambu dan mengisinya dengan minyak tanah sudah siap untuk di bunyikan.
"Membunyikan bedil bambu tidak dilarang orang tua dan Bapak RT (rukun Tetangga) karena bedil bambu sudah kebiasaan dari dulu-dulu pada saat lebaran," ujarnya.
Petasan dilarang orang tua mereka karena percikan petasan membahayakan dan harga petasan juga mahal.
Sarnubi, seorang ayah anak-anak itu, mengatakan bedil bambu merupakan ungkapan suka cita menyambut Hari Raya Idul Fitri.
"Bagi kami selagi tidak membahaya keselamatan anak-anak membunyikan bedil itu tidak apa-apa dan bedil bambu merupakan kebiasaan masyarakat sini," ujarnya.
Ia menjelaskan, bedil bambu dibunyikan pada malam hari dan di tempat yang tidak mudah terbakar.
"Anak-anak biasanya bermain bedil di lapangan dan di halaman rumah," ujarnya. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008