Bekasi, (ANTARA News) - Hasanudin (45), sopir bajai yang biasa mencari nafkah di wilayah Jakarta Timur dan tinggal di Cipinang Muara, Jakarta Timur pada H-1 mudik dengan menggunakan bajaj untuk merayakan Idul Fitri 1429 hijriah bersama saudara dan orangtua di Cirebon, Jawa Barat. "Saya mengajak istri dan tiga anak pulang kampung menggunakan bajai dan saya kemudikan sendiri," ujarnya ketika ditemui ANTARA di jalan KH Nor Alie Bekasi, Selasa. Ia memilih mudik pada H-1, karena arus lalu lintas di pantai utara (Pantura) tidak seramai pada H-7 hingga H-3, sehingga dapat menghemat pemakaian bahan bakar minyak (BBM). Pulang kampung menggunakan bus selain harga tiket mahal juga tidak dapat sampai di tempat tujuan, karena mereka masih harus naik ojek yang ongkosnya sekitar Rp25.000, sehingga keluarga Hasanudin memilih mudik menggunakan bajai. Sebelum meninggalkan rumah kontrakan di daerah Cipinang Muara, Jakarta Timur, mesin bajai, ban, rem, busi, lampu dan oli dalam keadaan baik, sehingga diharapkan tidak mogok di jalan. Hasanudin, mengemudikan bajaj meninggalkan rumah kontrakan melintas di ruas jalan I Gusti Ngurah Rai menuju Jalan KH Noer Alie, Bekasi menyusuri jalan alternatif Kalimalang untuk menuju Tambun, Kabupaten Bekasi. "Itulah ruas jalan mulai dari rumah kontrakan sampai keluar Bekasi yang akan saya lintasi, hingga menyusuri ruas jalan pantura dan diharapkan hari ini sekitar pukul 17.00 WIB sampai di rumah orangtua saya di Cirebon," kata Hasanudin. Bajai yang dihiasi dengan aneka warna kain dan dipasang bendera Merah Putih itu, dimaksudkan agar pengemudi bus dan angkutan umum lainnya dapat melihat dengan jelas keberadaan bajai. "Dengan dihiasi kain beraneka warna dan dipasang bendera Merah Putih, saya yakin dapat menjamin keselamatan dalam perjalanan mudik lebaran, karena bajaj terlihat jelas," ujarnya. Menurut rencana, setelah tiga hari berada di kampung halaman, Hasanudin sekeluarga akan kembali ke Jakarta hari Sabtu (4/10) dan istirahat sehari kemudian berjuang mencari nafkah untuk keluarga.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008