Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro kembali mendorong semua pihak melakukan inovasi yang dapat menghidupkan kembali industri Indonesia.
"Inovasi itu dibutuhkan untuk supaya industri kita hidup kembali, supaya kita tidak kebingungan sendiri ketika kontribusi manufaktur terhadap PDB (produk domestik bruto) tahu-tahu sudah di bawah 20 persen," ujar Menristek/Kepala BRIN Bambang dalam pidatonya ketika menghadiri Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional (DRN) di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat pada Senin.
Baca juga: Industri dituntut tingkatkan inovasi hadapi era 4.0
Menurut Bambang, kontribusi manufaktur terhadap PDB, meskipun masih paling besar dari pada sektor lain seperti pertanian dan perdagangan, sudah di bawah 20 persen.
Padahal dulu rumus menjadi negara maju yaitu manufaktur harus menyumbang 30 persen kepada PDB atau malah lebih, menurut mantan kepala Bappenas itu, seperti yang dulu dilakukan Korea Selatan dan Jepang hingga akhirnya bisa masuk kategori negara maju.
Berdasarkan alasan itu Bambang menekankan bahwa Indonesia harus mendorong kembali inovasi agar industri Indonesia dapat kembali menemukan bentuknya agar lepas dari industri yang hanya melakukan perakitan atau merangkai produk yang inovasinya dimiliki oleh pihak lain.
Baca juga: Menristek sebut Indonesia perlu ikuti Korsel imitasi teknologi
Padahal, kata Menristek/Kepala BRIN, nilai tambah yang dihasilkan dari merangkai itu rendah, hanya sekitar 20 persen dari total nilai tambah.
"Nilai tambah terbesar itu dari product development yaitu dari inovasi yang diusulkan tadi. product development tidak bisa datang dari langit atau bersemedi lama tahu-tahu muncul inovasi, itu pasti turunnya dari kegiatan research dan development yang serius, yang tujuan akhirnya untuk sampai mendukung product development," ujar dia.
Jika Indonesia bisa menguasai pengembangan produk dan pembuatannya, kata dia, maka akan muncul 70 persen nilai tambah dan dari situ industri Indonesia bisa maju ke arah yang benar.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019