Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Eric Sugandi mengatakan, pasar saham Indonesia selamat dari kejatuhan, menyusul penolakan Kongres AS atas usulan pemerintah yang meminta dana talangan 700 miliar dolar AS bagi upaya mengatasi krisis keuangan di AS, berhubung pasar ditutup menyambut liburan panjang Idul Fitri. "Penolakan Kongres AS menyebabkan timbulnya goncangan ekonomi dunia yang lebih parah, karena sejumlah pasar saham regional terpuruk, namun pasar Indonesia selamat dari tekanan itu karena sedang menyambut liburan panjang Idul Fitri," kata ekonom dari Standard Chartered Bank di Jakarta, Selasa. Menurut dia, pemerintah AS kemungkinan akan mencari jalan lain agar krisis keuangan yang menimbulkan goncangan ekonomi dunia dapat diatasi, dengan melakukan penawaran lain kepada Kongres. "Kita lihat sampai akhir pekan ini, apa yang akan diperbuat pemerintah AS untuk mengatasi ekonomi dunia yang semakin parah," ucapnya. Di Jepang, Bank Sentral Jepang (BOJ), menyuntikkan dana ke pasar uang Tokyo, sebesar 2 triliun yen guna mencegah kekacauan pasar yang meluas. Kebijakan BOJ tersebut dilakukan sebagai upaya meredam guncangan ekonomi. BOJ bersama sembilan bank sentral negara-negara maju melipatgandakan suntikan dolar ke pasar uang dunia. Selain itu, Indeks Dow Jones Industrial Average merosot tajam 777,68 poin (6,98 persen) ditutup pada 10.365,45, poin. Menurut Eric Sugandi, pasar seluruh dunia panik, setelah Kongres AS menolak "bailout" 700 miliar dolar AS untuk membantu sistem finansial, karena gejolak finansial akan lebih parah. Pemerintah AS harus mencari usulan baru yang dapat diajukan kepada Kongres dalam waktu yang cepat, untuk mengatasi masalah ini, katanya. Pasar Indonesia, lanjut dia kemungkinan akan terkena dampaknya, apabila pemerintah AS dalam pekan ini tidak dapat mengatasi, karena tekanan gejolak ekonomi dunia akan semakin kuat. Apalagi para fund manager mulai mengalihkan dananya ke sektor komoditas, seperti minyak mentah, batu bara serta emas, sehingga harga komoditas itu mengalami kenaikan yang cukup berarti, ucapnya. Pemerintah Indonesia harus mewaspadai hal tersebut, meski saat ini dampaknya tidak besar, namun kedepan akan makin terasa berat, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008